Wednesday, April 2, 2014

Surat Untuk Mantan

Hai, kamu, bagaimana dengan keadaan kamu disana?
Masihkah kamu dengan badan kurusmu dulu? Ah, sepertinya tidak, gambarmu yang muncul di dinding salah satu media sosial nampak terlihat lebih berisi. Maaf ya jika aku masih terlau ingin tahu tentang dirimu. Oh iya, lalu bagaimana dengan keadaan istrimu? Dia cantik ya, sangat-sangat cantik. Dia nampak sangat serasi dengan dirimu. Kau lelaki baik, wajar jika kamu bisa bersanding dengan perempuan itu. Dia pandai menutupi auratnya, tak seperti aku yang masih saja berpakaian seperti ini. Oh iya, seperti yang aku tahu, dia itu seorang guru ya? Subhanallah, sudah cantik dia pun punya kegiatan yang mulia. Aku iri padanya, cita-citaku untuk menjadi guru malah belum tercapai. Oh iya, waktu kamu mempersuntingnya dulu, kenapa kamu tak berbicara denganku, setidaknya beri tahulah padaku kabar gembiramu itu. Ehmmm, tapi aku tak bisa membayangkan kalau aku tahu bahwa kamu menikah dari mulutmu sendiri, jadi apalah galauku nanti, hehehe. Mengetahui kamu akan menikah dari hasil keingintahuanku saja aku galau berhari-hari. Eh tapi siapa tau, aku malah bisa move on kali ya jika aku langsung tau darimu, setidaknya aku sudah mempersiapkan hatiku untuk mendengarnya, hehehe. Ehmmm oh iya, aku belum mendengar kabar atau melihat statusmu soal momongan, semoga kalian berdua cepet ya dikaruniai peri kecil yang lucu, soleh dan soleha, dan jadi kebanggaan kalian berdua. Aamiin.

Aku masih seperti dulu. Aku masih seorang buruh, bekerja hingga senin sampai dengan sabtu. Aku sekarang menyibukkan diri dengan beberapa kegiatan. Sibuk berbagi waktu diluar agar aku tidak sering lagi melamun dan terbayang-bayang tentang dirimu. Eh, maaf ya jika setelah dua tahun kita tak berdekat lagi hingga detik ini aku menulis surat untukmu, aku masih menginginkan sosok sepertimu. Aku masih bertahan pada perasaanku. Aku masih memiliki segenggam rindu untukmu. Aku masih menyampaikan tentang rinduku lewat bait-bait doaku. Hey tapi kamu jangan salah pikir, aku berdoa untuk kalian berdua, meski aku tau aku pastikan terluka. Akupun masih selalu ingin tahu tentang dirimu lewat media sosialmu, mungkin itu juga yang bikin aku agak susah move on, namun entah kenapa aku tak pernah mau block atau unfriend sosia mediamu.

Setelah denganmu, aku masih sendiri, masih sesuai dengan prinsip yang aku pegang dulu, prinsip yang dulu aku jadikan alasan untuk mengakhiri hubungan kita. Aku hanya ingin bilang padamu, rupanya kamu tak benar-benar memahami alasan dulu aku memutuskan hubungan ini. Aku hanya tak ingin sikapku terlalu jauh melampaui batas yang semestinya. Kamu tau, saat aku berucap padamu untuk mengakhiri hubungan ini, saat itulah perasaan yang tidak jelas berkecamuk. Saat itu, aku benar-benar bingung, disatu sisi aku benar-benar takut kehilangan kamu tapi disisi lain aku benar-benar harus melepasmu. Aku menjadi tak jelas berhari-hari karena hal itu. Pernah aku menyesali dengan apa yang telah aku lakukan tapi ada hal lain yang menguatkanku. Saat kamu bilang aku tak perlu mengganggumu lagi dan saat kamu blok aku dari pertemanan kita di sosial media, disaat itu aku tambah kacau. Dari sana aku menganggap kamu benar-benar tak mengerti maksudku. Aku sangat ingin menjadi pendampingmu, tapi aku tak ingin kita terjalin hubungan yang tak jelas berlama-lama. Kamu tahu, saat tak ada lagi komunikasi diantara kita, aku berdoa yang terbaik buatmu, buatku, buat hubungan kita, saat itu, aku masih bermimpi untuk bisa hidup bersama denganmu. Hingga suatu hari disuatu malam, saat kamu menerima permintaan pertemananku lagi, aku melihat poto-potomu dengan perempuan yang sekarang telah sah menjadi istrimu. Kamu tau, perasaanku hancur saat itu. Aku melewati malam dengan perasaan yang rapuh. Ya Allah, selama ini aku masih mengharapkanmu, aku masih bermimpi untuk menjadi pendampingmu, tapi sekarang aku sudah tak bisa, aku telah kalah dengan mimpiku, aku telah kalah dengan takdir.

Sekarang yang kulakukan hanya mencoba berbesar hati, melupakanmu, membuangmu secara perlahan sebagai orang yang pernah kucintai. Doakan aku jua agar aku juga sepertimu.


Dari yang pernah mencintaimu,



"tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel bernard batubara"


6 comments:

  1. Soo deep and so sweet...uwuwuwuw semoga kau mendapat pengganti yang lebih baik ya neng.

    ReplyDelete
  2. dalemmmmmm...
    ingett, semua akan (P)Indah pada waktunya :P

    ReplyDelete
  3. mahaha, aamiin kak bije. . :D dapet duplikatnya juga ndak papa, hehe

    ReplyDelete
  4. liiiii, belajarlah untuk lepas dan damaikan hatimu dg keadaan. meski harus memalui proses panjang. ini nggak mudah, aku tau li. tapi bersemangatlah.... marie kita bergalau -____-"

    ReplyDelete