Hai,
kamu, bagaimana dengan keadaan kamu disana?
Masihkah
kamu dengan badan kurusmu dulu? Ah, sepertinya tidak, gambarmu yang
muncul di dinding salah
satu media sosial nampak terlihat lebih berisi.
Maaf ya jika aku masih terlau ingin tahu tentang dirimu. Oh iya, lalu
bagaimana dengan keadaan istrimu? Dia cantik ya, sangat-sangat
cantik. Dia nampak sangat serasi dengan dirimu. Kau lelaki baik,
wajar jika kamu bisa bersanding dengan perempuan itu. Dia pandai
menutupi auratnya, tak seperti aku yang masih saja berpakaian seperti
ini. Oh iya, seperti yang aku tahu, dia itu seorang guru ya?
Subhanallah, sudah cantik dia pun punya kegiatan yang mulia. Aku iri
padanya, cita-citaku untuk menjadi guru malah belum tercapai. Oh
iya, waktu kamu mempersuntingnya dulu, kenapa kamu tak berbicara
denganku, setidaknya beri tahulah padaku kabar gembiramu itu. Ehmmm,
tapi aku tak bisa membayangkan kalau aku tahu bahwa kamu menikah dari
mulutmu sendiri, jadi apalah galauku nanti, hehehe. Mengetahui kamu
akan menikah dari hasil keingintahuanku saja aku galau berhari-hari.
Eh tapi siapa tau, aku malah bisa move
on
kali ya jika aku langsung tau darimu, setidaknya aku sudah
mempersiapkan hatiku untuk mendengarnya, hehehe. Ehmmm oh iya, aku
belum mendengar kabar atau melihat statusmu soal momongan, semoga
kalian berdua cepet ya dikaruniai peri kecil yang lucu, soleh dan
soleha, dan jadi kebanggaan kalian berdua. Aamiin.
Aku
masih seperti dulu. Aku masih seorang buruh, bekerja hingga senin
sampai dengan sabtu. Aku sekarang menyibukkan diri dengan beberapa
kegiatan. Sibuk berbagi waktu diluar agar aku tidak sering lagi
melamun dan terbayang-bayang tentang dirimu. Eh, maaf ya jika setelah
dua tahun kita tak berdekat lagi hingga detik ini aku menulis surat
untukmu, aku masih menginginkan sosok sepertimu. Aku masih bertahan
pada perasaanku. Aku masih memiliki segenggam rindu untukmu. Aku
masih menyampaikan tentang rinduku lewat bait-bait doaku. Hey tapi
kamu jangan salah pikir, aku berdoa untuk kalian berdua, meski aku
tau aku pastikan terluka. Akupun masih selalu ingin tahu tentang
dirimu lewat media sosialmu, mungkin itu juga yang bikin aku agak
susah move
on,
namun entah kenapa aku tak pernah mau block
atau unfriend
sosia mediamu.
Setelah
denganmu, aku masih sendiri, masih sesuai dengan prinsip yang aku
pegang dulu, prinsip yang dulu aku jadikan alasan untuk mengakhiri
hubungan kita. Aku hanya ingin bilang padamu, rupanya kamu tak
benar-benar memahami alasan dulu aku memutuskan hubungan ini. Aku
hanya tak ingin sikapku terlalu jauh melampaui batas yang semestinya.
Kamu tau, saat aku berucap padamu untuk mengakhiri hubungan ini, saat
itulah perasaan yang tidak jelas berkecamuk. Saat itu, aku
benar-benar bingung, disatu sisi aku benar-benar takut kehilangan
kamu tapi disisi lain aku benar-benar harus melepasmu. Aku menjadi
tak jelas berhari-hari karena hal itu. Pernah aku menyesali dengan
apa yang telah aku lakukan tapi ada hal lain yang menguatkanku. Saat
kamu bilang aku tak perlu mengganggumu lagi dan saat kamu blok aku
dari pertemanan kita di sosial media, disaat itu aku tambah kacau.
Dari sana aku menganggap kamu benar-benar tak mengerti maksudku. Aku
sangat ingin menjadi pendampingmu, tapi aku tak ingin kita terjalin
hubungan yang tak jelas berlama-lama. Kamu tahu, saat tak ada lagi
komunikasi diantara kita, aku berdoa yang terbaik buatmu, buatku,
buat hubungan kita, saat itu, aku masih bermimpi untuk bisa hidup
bersama denganmu. Hingga suatu hari disuatu malam, saat kamu menerima
permintaan pertemananku lagi, aku melihat poto-potomu dengan
perempuan yang sekarang telah sah menjadi istrimu. Kamu tau,
perasaanku hancur saat itu. Aku melewati malam dengan perasaan yang
rapuh. Ya Allah, selama ini aku masih mengharapkanmu, aku masih
bermimpi untuk menjadi pendampingmu, tapi sekarang aku sudah tak
bisa, aku telah kalah dengan mimpiku, aku telah kalah dengan takdir.
Sekarang
yang kulakukan hanya mencoba berbesar hati, melupakanmu, membuangmu
secara perlahan sebagai orang yang pernah kucintai. Doakan aku jua
agar aku juga sepertimu.
Dari
yang pernah mencintaimu,
"tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel bernard batubara"
Soo deep and so sweet...uwuwuwuw semoga kau mendapat pengganti yang lebih baik ya neng.
ReplyDeletedalemmmmmm...
ReplyDeleteingett, semua akan (P)Indah pada waktunya :P
mahaha, aamiin kak bije. . :D dapet duplikatnya juga ndak papa, hehe
ReplyDeletepindah hati om :3
ReplyDeleteliiiii, belajarlah untuk lepas dan damaikan hatimu dg keadaan. meski harus memalui proses panjang. ini nggak mudah, aku tau li. tapi bersemangatlah.... marie kita bergalau -____-"
ReplyDeleteKak pebi -__-
ReplyDelete