Friday, March 28, 2014

Jumatulis #2 Air Ketuban - Air Dalam Bejana Itu

Aku terlahir sebagai wanita dari rahim seorang ibu yang bekerja sebagai petani. Namun, aku tak pernah melihatnya semenjak aku membuka mataku di dunia ini. Ayah hanya bercerita jikalau ibu sudah ada pada tempatnya yang layak. Ibu pergi karena ketika melahirkanku keadaan ibuku sudah lemah dan air ketuban yang melindungiku sudah pecah.

Dari sana aku bercita-cita untuk menjadi bidan. Aku bertekad sebisa mungkin aku menyelamatkan para ibu hamil, ibu melahirkan juga bayi-bayi. Aku hanya tak ingin bayi-bayi yang telah datang kedunia ini tak tahu bagaimana rupa ibu yang sudah berjuang jutaan detik memeliharanya dalam “bejana” itu.

Usiaku sudah menginjak 25 tahun. Aku telah menjadi seperti apa yang aku cita-citakan. Aku telah menjadi bidan. Setelah menjadi bidan, aku kembali ke kampungku dan ingin berbakti disana. Aku menjadi bidan di sebuah puskesmas, dan setiap sebulan sekali aku ditugaskan untuk mengontrol posyandu disana. Tak melupakan cita-citaku dahulu, aku sering berbagi informasi seputar ibu hamil, ibu menyusui, juga balita. Awalnya aku hanya membentuk sekolompok kecil untuk berdiskusi, hingga suatu saat ada seorang ibu yang mengusulkan kenapa aku tak berbagi informasi ini di balai desa, jadi semua orang bisa tau.

***
Ini minggu pertamaku mengisi diskusi di balai desa. Aku memulai diskusi pertamaku dengan tema “air ketuban”. Tema ini diusul oleh seorang bapak-bapak yang anaknya tak bisa diselamatkan karena air ketuban sang istri sudah pecah sebelum bayinya lahir.

Assalammualaikum semuanya.” Ucap salamku untuk membuka diskusi ini
Waalikumsalam, bu bidan.” Jawab ibu-ibu di balai desa.
Okeh, kita langsung saja mulai diskusinya ya, sesuai yang sudah dijanjikan, hari ini saya mau cerita tentang air ketuban. Oh iya, sebelum berlanjut, saya mau tanya dulu sama ibu-ibu nih, apa sih yang ibu tahu tentang air ketuban, ada yang bisa mewakilkan untuk menjelaskan?.” Tanya ku pada ibu-ibu yang berdiskusi.
Yang saya tahu ya bu, air ketuban itu air yang ada di dalam rahim kita.” Jawab Ibu Surtinah yang sedang ikut berdiskusi.

Baiklah, saya akan jelaskan tentang air ketuban ini. Pertama kita mulai dari pengertian air ketuban itu sendiri. Apa sih sebenernya air ketuban itu? Air ketuban atau yang bisa disebut dengan cairan amnion adalah cairan yang terdapat dalam ruangan yang diliputi selaput janin. Nah ruangan inilah yang disebut kantung ketuban. Cairannya ini berwarna keruh. Cairan ketuban mulai mengisi kantung ketuban, sekitar dua minggu setelah pembuahan. Awalnya hanyalah air, namun stelah 12 minggu kehamilan, cairan penuh dengan kandungan zat gizi seperti karbohidarat dan protein. Saat bayi tumbuh, cairan ketuban juga meningkat dan mencapai tingkat maksimum, terjadi pada sekitar 39 minggu kehamilan. Seorang wanita hamil, membawa hampir dua liter cairan ketuban. Sepanjang kehamilan, bayi akan menelan cairan ketuban, dan akan mengeluarkannya kembali sebagai urine. Cairan ketuban, juga dihirup oleh bayi untuk membantu paru-parunya tumbuh berkembang. Karena mengandung sel-sel janin, cairan ketuban dapat diambil sebagai sampel untuk mengetahui kondisi medis janin, termasuk kemungkinan adanya down sindrom. Prosedur pemeriksaan air ketuban ini disebut sebagai amniosentesis. “ Aku menghela napas, bagian pertama untuk diskusiku kali ini usai.

Nah selanjutnya, saya mau cerita tentang manfaat dari si air ketuban ini bagi bayi. Ada yang tau apa manfaatnya?.” Pembahasan keduapun aku mulai dengan sebuah pertanyaan kembali.
Air ketuban itu untuk melindungi bayi dari benturan-benturan kan ya bu?.” Jawab seorang wanita dalam diskusi yang aku belum mengenalnya.

Apasih sebenernya manfaat dari air ketuban itu? Ada beberapa fungsi air ketuban diantaranya, sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat benturan, melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat menyebabkannya mengerut sehingga menghambat penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin, berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrien bagi janin untuk sementara, memungkinkan janin bergerak lebih bebas, membantu sistem pencernaan janin, sistem otot dan tulang rangka, serta sistem pernapasan janin agar berkembang dengan baik, menjadi inkubator yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan di sekitar janin. Selaput ketuban dengan cairan ketuban di dalamnya merupakan penahan janin dan rahim terhadap kemungkinan infeksi. Pada waktu persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan atau kontraksi di dalam rahim, sehingga leher rahim membuka. Dan saat kantung ketuban pecah, air ketuban yang keluar sekaligus akan membersihkan jalan lahir. Pada saat kehamilan, air ketuban juga bisa digunakan untuk mendeteksi kelainan yang dialami janin, khususnya yang berhubungan dengan kelainan kromosom.” Aku kembali menghela napasku.

Nah, cerita terakhir saya tentang ketuban adalah, apa aja nih yang mesti kita lakukan ketika air ketuban sudah pecah.” Aku memulai diskusi yang ketiga. Pada bagian terakhir ini, ibu-ibu yang ikut diskusi langsung merapihkan posisi duduk mereka dan mendengarkan dengan seksama, karena bagian inilah yang mereka tunggu, setelah sebelumnya ada beberapa ibu atau bayi yang tak bisa diselamatkan karena air ketuban sudah pecah dan mereka tidak mengerti apa yang harus mereka lakukan.

Air ketuban pecah bisa menjadi pertanda bahwa bayi akan segera lahir. Namun apa yang harus dilakukan jika air ketuban pecah di masa janin belum waktunya lahir? Ada tiga cara yang bisa kita lakukan ketika air ketuban pecah sebelum waktunya. Yang pertama, jelas jangan panik, atur napas kita dan sebisa mungkin jangan banyak bergerak. Air ketuban pecah sebelum waktunya, bisa terjadi karena kondisi ibu hamil yang sedang sakit atau kecelakaan. Nah yang kedua, catat jam dan menit saat air ketuban pecah. Tujuan dari pencatatan ini adalah agar dokter dan paramedis bisa mengetahui secara pasti kesempatan janin kita untuk bisa diselamatkan. Jika ketuban pecah, janin beresiko terkena infeksi dari luar. oleh karnea itu, penanganan cepat dan tepat waktu perlu dilakukan agar janin kita selamat. Perhatikan juga kondisi air ketuban. AIr ketuban normal itu berwarna bening dan tidak berbau busuk. Jika air ketuban berwarna keruh dan berbau tidak sedap, kemungkinan sudah terkena infeksi dan membahayakan kondisi janin kita. Dan yang terakhir segera bawa kedokter atau paramedis, Penanganan serius secara cepat dan tepat dapat menyelamatkan bayi kita dari kematian. Penanganan yang terlambat bisa membuat bayi terkena resiko infeksi atau terlalu lama menelan air ketuban.” Jelasku

Aku telah selesai menjelaskan beberapa poin tentang ketuban, sambil menutup diskusi ini, aku membuka tanya jawab dengan mereka. “Nah ibu-ibu sekian cerita ketuban dari saya. Lalu sekarang gimana, sudah pada tahu tentang air ketuban itu apa kan? Hayoo, ada yang masih kurang ngerti, monggo ditanya, selagi saya masih bisa jawab saya akan jawab dengan jawaban yang memuaskan, hehehe.”

Diskusi ketuban hari ini usai. Tak terasa saya telah berbagi dengan mereka selama dua jam. Diskusi diakhiri dengan tanya jawab dari beberapa orang. Untuk pertama kalinya saya berbicara di depan forum dan saya sangat senang bisa berbagi dengan mereka.

Ibu yang tak pernah aku tau rupanya, yang tak pernah aku tau bagaiman lembutnya kulitmu menyentuhku, membuaiku, memanjakan aku, lihatlah aku, aku adalah putrimu yang dulu engkau perjuangkan, putrimu yang kau rela berbagi nyawa demi menyelamatkan hidupku. Aku sekarang sudah tumbuh besar. Aku telah menjadi seorang bidan. Cita-citaku tercapai dan aku ingin berbakti untuk desa ini. Aku hanya tak ingin bayi-bayi disini merasakan hal yang sama seperti aku yang tak pernah tau tentang ibu. Ibu, aku merindukanmu, aku mencintaimu.”


Sumber data:


Monday, March 24, 2014

Jumatulis #1 Pispot - Jasa Si Benda Bernama Pispot

Entah sudah berapa tahun dirimu diciptakan
Kamu hadir memberi arti bagi kami
Para manusia yang kesusahan
Para manusia yang sudah tak ada daya

Kamu tercipta untuk hal yang bahkan kami membayangkannya pun kami merasa jijik
Tapi kamu tetap setia untuk membantu kami
Kamu tetap hadir menjadi peri bagi kami
Kamu terus tetap tercipta menjadi penolong kami
Para manusia yang kesusahan
Para manusia yang sudah tak ada daya

Kamu sangat membantu kami untuk hal yang paling jijik bagi kami
Tapi buatmu hal itu adalah yang penting dan itulah tugasmu
Dirimu tetap ikhlas menjalankan apa fungsimu
Kamu tahan dengan segala wangi yang tak menyamankan penciuman kami
Padahal kamu sudah tercipta sedemikian rupa untuk menolong kami
Tapi kami masih saja merasa tidak nyaman dalam menyentuhmu

Hai engkau sebuah benda yang memiliki nama pispot
Terimakasih kau telah hadir untuk membantu kehidupan kami

Jumatulis #1 Pispot - Pispot Terakhir Pak Supeno

Bu, bisa tolong ambilkan pispot? Bapak mau bersih-bersih diri sebelum bapak pergi.”
Bapak mau kemana toh, ndak usah ngawur kalo bicara, sebentar ibu ambilkan.”

Sementara Ibu Supeno ke kamar mandi, aku menghampiri Pak Supeno untuk sekedar berbincang dengannya. Sungguh aku telah lama merindukan berbincang dengan Bapak dan Ibu Supeno. Bapak dan Ibu Supeno adalah pengasuhku dari kecil. Aku sangat-sangat menyayangi mereka bahkan kasih sayangku pada mereka melebihi kasih sayangku pada orang tuaku. Merekalah yang mendidikku. Mereka menjagaku seperti mereka menjaga anak mereka sendiri. Aku lebih banyak menghabiskan waktuku dengan mereka daripada orang tuaku. Orang tuaku terlalu sibuk dengan urusannya yang sampai sekarang aku bingung, kenapa mereka bisa-bisanya tak memperdulikan aku sebagai anaknya. Aku mencintai Bapak dan Ibu Supeno seperti orang tuaku.

Sudah dua bulan lamanya Pak Supeno terbaring dirumah sakit. Hingga sekarang aku tak pernah tau apa penyakitnya. Aku pernah memaksa Bu Peno untuk jujur, tapi ia selalu bilang “Bapak tidak apa-apa nduk, bapak baik-baik saja. Dia hanya terbaring lemah, kamu doakan saja ya.” Aku bahkan pernah hampir marah pada ibu karena ia tak pernah mau jujur soal bapak, namun ibu tetap tidak memberitahu sampai aku lelah sendiri. Bapak sudah tidak bisa apa-apa, tubuhnya yang dulu kekar, yang dulu sering menggendongku kini terbaring lemah di kasur bangsal rumah sakit, ia sudah tidak bisa apa-apa bahkan untuk buang air kecilpun bapak menggunakan pispot. Sebagai orang yang aku sayang, aku ingin sekali berbakti pada bapak meski dia bukan bapakku. Aku bilang pada ibu agar selama bapak sakit, aku yang mengurusnya. Awalnya ibu dan bapak menolak, namun dengan mohon-mohon yang sangat akhirnya mereka mengabulkan. Aku merawat bapak, memandikannya, menyuapi makanannya, meminumkan obatnya, bahkan mengurusinya dalam hal buang air kecil.

Namun entah mengapa sejak dua hari kemarin bapak tak pernah mau aku urusi dan aku rawat. Bapak dengan alasannya yang tak mau menyakitiku hanya bilang “nduk, maaf ya, bapak lagi kangen dimanja sama ibu.” Aku tak bisa menolak lagi permintaan bapak untuk yanng satu ini.

Ibu sudah kembali dari kamar mandi dengan membawa pispot dan ia langsung menghampiri bapak. Entah aku tak bisa menggambarkan perasaanku saat ini. Ada hal yang mengganjal dalam hati, aku cemas, aku tak tenang, aku pun gundah. Lima menit kemudian, aku mendengar ibu menangis, memanggil nama bapak, dan menyebutkan kalimat Laa ilaaha illah”. Aku langsung saja menghampir bapak dan ibu, dan setelah aku melihatnya bapak sudah terbujur kaku. “Innalillahi wa innailaihi rajiun”. “Nduk bapak tadi sempat bilang sama ibu, bapak senang sekali bisa disayang sama kamu, bapak seperti merasa punya anak, bapak tadi mengucapkan terimakasih, oh iya dan dia minta maaf karena dua hari ini tidak mau diurus sama kamu, bapak cuma ingin merasakan terakhir kalinya dimanja sama ibu.”

Thursday, March 20, 2014

Hari Ini Kopi Nikmat Sekali

Kulihat jam yang tertanam di dinding ruangan para kapitalis, ah sudah jam sembilan rupanya. Namun sepasang dua bola mata yang ada dalam tubuhku ini masih belum mau merespon jasadku yang sudah bangun lima jam yang lalu. Mataku masih sayu, rasanya masih ingin mendusel-ndusel bantalan yang semalam membuat tidurku nyaman, namun keadaan tak membuatnya beruntung, jasadku sudah ada di depan layar yang lengkap dengan dokumen-dokumen yang hendak ku input datanya. Waktu terus berjalan, aku mulai memindahkan data yang tertera dalam dokumen yang berwarna merah muda ini ke dalam sistem di layar depan mukaku tapi mataku mengantuk, sesekali aku memejamkan mataku ini hingga terkadang ketikanku ada beberapa yang menjadi typo. Ah mungkin hanya tuts keypadku yang sudah lelah.

Sampai tiba waktunya aku sudah tak tahan lagi menahan kantukku ini, aku memutuskan untuk membuat kopi hitam, ya segelas kopi hitam yang memang sudah jadi teman setia menemaniku kerja untuk beberapa menit kedepan. Kenapa cuma beberapa menit? Karena buatku kopi hitam itu sudah tidak ada rasa nyamannya lagi ketika sudah tak panas, setidaknya kopi hitam masih bisa dirasakan aroma dan sensasinya meskipun dalam keadaan hangat. Entah jariku sedang kerasukan dewa apa, seperti dalam potongan liriknya Iwan Fals di salah satu lagunya yang berjudul “Umar Bakrie” yang kira-kira seperti ini potongan liriknya “Hari ini aku rasa kopi nikmat sekali”, aku merasakan saat itu kopiku rasanya nikmat sekali, sebungkus kopi hitam yang dipadukan dengan sesendok teh gula pasir dalam takaran yang pas, tidak terlalu pahit tapi tidak terlalu manis.

Lalu kunikmati kopi hasil racikanku sendiri diatas meja kerjaku bersaingan dengan antara dokumen pendukung kerjaku, namun ditengah perjalanan aku menikmati dua suasana itu, aku melihat seseorang masuk ke ruangan, lelaki, tinggi dan tersenyum.

Aku benar-benar menikmati pagi itu, kopi yang kurasa nikmat sekali juga senyummu yang nampak manis dari balik pintu kaca itu.

Wednesday, March 19, 2014

Aku Mencintaimu Tapi Hanya Sekali Cinta Itu Membuatku Merasa Nyata

Aku melangkah perlahan menuju sebuah panggung yang membuatmu seolah seperti raja dan wanita disampingmu itu seperti ratu. Kau masih tetap mempesona seperti saat aku mengenalmu dulu, masih dengan wajah teduhmu yang dulu pernah membuatku merasa nyaman. Entah aku harus bersikap apa saat ini, entah aku harus merasakan apa saat ini. Aku bahagia melihatmu, aku bahagia melihat wanita itu, ia nampak jauh lebih baik buatmu daripada aku. Tapi jauh didalam yang entah letaknya dimana aku merasa sakit. Saat tiba didepanmu, aku tersenyum lalu aku mengucapimu dan wanita itu  
Cieeeee,,,,Bahagia ya, Barakallahu, semoga cepet kasih aku keponakan lucu.
Ya, makasih ya, cepet nyusul juga, hehehe.” Begitu katamu ditemani lengkungan bibir wanita disampingmu itu. Ah, ternyata dia sangat cantik.
Kemudian aku kembali melaju ke tempat semula aku datang, dadaku sesak, aku tak tahan lagi menahan air mata ini. Aku pulang. Aku kalah dengan takdir. Ternyata kamu tak pernah benar – benar mengerti alasanku dulu, alasan yang kemudian jadi bumerang buatku. Aku mencintaimu, tapi cinta itu hanya sekali membuat aku merasa nyata, namun tidak setelahnya.

Tuesday, March 18, 2014

Aku dan Hujan

Eh liat ituhhh, masa hujan, yahhh nanti pulangnya gimana?”
Pembicaraan yang diawali oleh seorang teman kantorku di siang bolong. Namun nampaknya hari itu tak pantas ku sebut sebagai siang bolong, kenapa? Ya itu. Hari ini hari Senin, soal tanggal,,kita sehari lagi akan memasuki tahun baru Masehi, ya. . Senin saat ini Senin tanggal 30 Desember 2013. Menurutku cuaca Senin pagi ini sangat bersahabat, tidak panas tapi tidak (belum) hujan juga. Sejuk, aku suka Jakarta dengan keadaannya yang seperti ini. Tidak macet, tidak banyak kendaraan, dan tidak panas juga. Sampai ketika siang tiba, ada titik – titik air yang turun yang kemudian mulai membasahi kota Jakarta ini secara perlahan, menyapa dengan lembut pada kota ini. “Allahumma Shoyyiban Nafian” Alhamdulillah hujan. Aku bersyukur bisa disapa hujan kembali. Tapi entah mengapa sebagian temanku itu tidak terlalu suka.
Saat ini pukul lima sore, memang sudah jadwalnya aku sudah sampai Stasiun Sudimara. Saat sampai stasiun, hujan belum turun dengan lebat, namun karena aku mau beli tiket comet, aku harus menunggu dulu sampe antrian loket ini sepi, kasian kan kalo yang buru – buru. Saat menunggu tiketku tiba ditanganku, hujan pun turun dengan lebat. Ayah yang saat itu udah sampe, terpaksa menemuiku di stasiun, bukan di tempat warung nasi padang biasa untuk menjemput. Tiket sudah ada ditangan, kemudian bergegaslah aku ketempat ayah menunggu. Hmmm andai aku tak sayang lagi dengan hp yang baru seumuran jagung ini, rasanya tak ingin sekali aku menggunakan mantel itu.
Katanya, hujan itu adalah inspirasi yang bagus buat para “galau”. Semua kenangan dikaitkan, ya hujan itu adalah sesuatu yang bisa kau pergunakan sebagai alasan galau. Lalu bagaimana dengan aku? Sama aku pun, tak ada ubahnya dengan yang lain. Hujan kemudian rindu. Tapi benar nyatanya, aku rindu hujan beneran. Rindu sekali disapa hujannya kota hujan. Sampai suatu hari saat pulang kuliah, “Lia, kok ujan – ujanan, gak bawa payung? Kalo gak bawa kenapa gak neduh dulu?”. Hihihi pertanyaan yang udah keluar dari mulut ayah kostan yang kaget karena liat aku basah kuyup keujanan. “Bawa yah, cuma pengen ngerasain hujannya Bogor aja, hehehe.” Yaaa,,, kira – kira itulah jawabanku saat ditanya kenapa ujan – ujanan lepas pulang kuliah.
Aku suka hujan dari kecil, karena keberadaannya membuat kotaku yang gersang ini sejuk. Aku selalu rindu dengan baunya yang khas, pohon – pohon yang kemudian tumbuh jadi subur. Oh iya soal hujan, aku juga suka sama salah satu lagu anak – anak yang nyanyiin soal hujan, bukan lagu tik tik bunyi hujan, tapi lagu ini bagian dari albumnya Neno Warisman sama anak – anak kecil yang judulnya “a ba ta tsa” hihi, kira – kira liriknya seperti ini. . .
Allah turunkan hujan dari gumpalan awan
dari langit yang tinggi membasahi seluruh bumi. . .
Bumi menjadi subur, tanah menjadi gembur
Pantaslah kita bersyukur. . .
Dari kecil aku selalu mencari alasan – alasan untuk tidak membawa payung kemanapun pergi dengan alasan hanya karena ingin dalam keadaan basah kuyup saat pulang. Dan tentu ibu selalu dengan cerewetnya yang khas mengomentari keadaan aku yang sudah basah.
Hay hujanku di Kota Hujan, bagaimana dengan kabarmu?
Masih seperti dulu kah?
Dengan kilatnya yang menggelora, dengan anginnya yang riuh 


*Late post, mhihihi, lagi ngorek-ngorek data di komputer, ternyata ini belum di post, mahhaha* 

Saturday, March 15, 2014

Saku Celana

Jalan menuju tempat pemungutan ilmuku siang ini sangat menyebalkan, ya sama seperti sebelum-sebelumnya, macet, panas, debu. Tapi kali ini lebih menyebalkan dari hari biasanya, di ujung jalan sana kata orang-orang yang berlalu lalang di sekitarku ada kecelakaan. Oh iya, perkenalkan, aku Ina, Aku seorang mahasiswi yang sedang mengejar cinta dari dosen pembimbing. Aku menuntut ilmu dibidang ekonomi di salah satu universitas di kota yang katanya besar ini. Sebenarnya ekonomi bukanlah bidangku, aku sangat mencintai mesin tapi sayang karena kedua orang tuaku menganggap aku ini perempuan yang katanya feminim, akhirnya aku jadi mahasiswa paksa ekonom. Aku anak kelima dari lima bersaudara, kakak-kakakku semuanya pria dan tiga diantaranya adalah ahli mesin, sedang yang satu memilih kimia. Dan inilah salah satu alasannya kenapa aku begitu mencintai mesin.

Aku besar dengan sifat tomboy. Semua gaya kehidupanku bercermin dari kakak-kakakku, jadi wajar saja jikalau aku tomboy. Aku mencintai bola, mencintai pendakian termasuk menaruh barang dalam saku celana. Semua kakak-kakakku tidak terlalu suka dengan dompet, alasannya repot. Namun wanita cantik kedua setelah diriku ini, ya ibuku selalu cerewet agar kartu-kartu penting ditaruh dalam dompet supaya tidak berceceran. Dan aku mengikuti gaya mereka yang ini, aku selalu menaruh uang dalam saku celanaku berapapun dan sehalus apapun uangnya. Ibu tidak pernah jenuh untuk menasihatiku agar uang tidak sembarangan ditaruh dalam saku celana. Ibu selalu bilang, kalau nanti jatuh uangnya aku bisa kalang kabut karena aku gak punya simpanan uang di dalam tas. Tapi aku selalu melanggarnya dengan berucap aku masih punya atm yang bisa aku tarik dimanapun.

Tapi sepertinya apa yang ibu katakan setiap hari itu terjadi padaku hari ini. Kernet bus sudah mulai menagih ongkos penumpang dan benar aku panik, karena uang yang ada di saku celanaku tidak ada. Aku mencarinya ke saku bagian kanan depan, kiri depan, kanan belakang, kiri belakang dan semuanya nihil. Aku tak menemukan selembar pun di saku celanaku. Aku sudah berada di dalam bus ini selama sejam, aku cemas karena uangku tidak ada, kemudian aku bongkar semua isi tasku, kucar-cari dia di selembaran halaman bukuku karena siapa tau ada yang terselip. Aku mencarinya dua kali namun hasilnya nihil. Untuk yang ketiga kalinya kucari secara perlahan sambil berharap ada selembar uang yang kutemukan. Tak perlu lembaran peci yang ketemu, selembar sorban pun tak apa asal aku bisa bayar ongkosku. Namun nihil juga, kucari lagi di sepatu, kaus kaki, lalu ku ulang lagi dari celana, saku baju hingga akhirnya sang kernet berdiri tepat dihadapanku.

Friday, March 14, 2014

“Di Tanah Abang Itu Untung-Untungan Mba, Siapa yang Berjuang Dia yang Untung"

Allah selalu punya cara untuk membuat hamba-Nya bersyukur. Dimanapun, kapanpun jika kita tau bagaimana mengambil hikmah dari setiap perjalanan hidup ini.”

Jum'at Mubarak, 14 Maret 2014

Hari ini seperti biasanya saya selalu berangkat kerja dengan kereta. Hanya saja dua hari ini saya naik kereta yang ketiga. Seperti biasa kereta tak pernah sepi dari penggemarnya, apalagi kereta yang ketiga ini penumpangnya lebih padat daripada kereta yang kedua. Layaknya hari-hari sebelumnya, didalam kereta sembari menghabiskan waktu biasanya saya membaca buku atau main hp. Namun hari ini, saya mendapat kisah menarik dari seorang ibu yang berjualan masakan di Pasar Tanah Abang. Saya mendengar langsung kisah ini dari mulut si Ibu sendiri, karena si Ibu ini bercerita dengan temannya tepat dibelakang saya bahkan saya langsung fokus mendengarkan ceritanya dan memasukan buku juga hp saya ke dalam tas. Ceritanya tidak saya ingat dari awal, karena saya hanya benar-benar menyimak ditengah-tengah si ibu ini bercerita, kira-kira seperti inilah ceritanya:

Saya biasa jualan minuman mba, tapi saya lagi coba untuk jualan nasi goreng, baru merintis sih ini, tapi ternyata butuh modal yang banyak ya jual nasi goreng itu. Saya mah ya mba, kalo ada yang ngambil es batu saya, sedotan saya, gelas, kopi, atau apa gitu saya biarin aja mba, lagian rezeki mah dari mana-mana ya. Saya sama suami saya beda jauh mba, waktu itu saya nikah dia umur 35 sedang saya 21. Suami saya udah gak kerja mba, di udah di PHK dari PLN. Tapi suami saya mah ya mba gak bisa hidup susah kali ya, jadi kaget pas di PHK. Saya mah rela mba dikasih berapapun sama suami saya, sya juga rela buat gantiin dia kerja. Mertua saya juga sekarang berubah mba, dulu baik banget sama saya, sekarang berubah. Saya pernah sempet mau cerai loh mba, waktu itu saya udah gak tahan sama kelakuan suami saya. Rumah saya kan yang di Vila Bintaro itu dijual, nah uang hasil jual rumahnya itu kan dibagi – bagi, nah bagian suami saya diambil semua sama dia, saya cuma kebagian. . . (lupa angka persisnya), tapi uangnya saya gak tau abis kemana. Dia kan hobinya mancing mba, kemungkinan uangnya habis kesana. Alhamdulillahnya suami saya udah gak judi lagi mba.

Dulu saya pernah sempet marah banget sama dia mba, saya udah capek sama kelakuannya dia, waktu itu saya bener-bener marah sama dia terus saya bilang sama dia, kalo dia gak berubah selama dua tahun ini saya mau minta cerai, saya minta dia buat berpikir, berubah, dan harusnya dia malu sama adik-adiknya, karena adik-adiknya udah pada sukses semua. Suami saya pernah saya ajak buat ikut saya jualan di Tanah Abang cuman dia malu kali ya mba, jarak saya sama dia kan beda jauh mba, dia suka dikira bapak saya, dari sana dia gak mau lagi ikut saya jualan. Akhirnya dia lebih milih buat ngurus anaknya dirumah ketimbang ikut saya jualan, yah yaudah saya mau bagaimana lagi yang penting dia udah berubah. Dulu mba selama saya kesel sama suami atau saya punya masalah saya lebih baik cerita sama buku, kaya novelis gitu, hehehe. Sampe suami saya pernah negur saya, waktu itu saya lagi nangis, suami saya bilang ke saya udah jangan nangis lagi, malu nanti kalo kebaca orang catatannya, yaudah saya bilang aja daripada saya cerita sama orang mending saya nulis aja kan bang. Saya ya mba kalo ada masalah gak pernah cerita sama siapa-siapa, saya sudah habisin berapa buku buat curhat. Jualan di Tanah Abang mah mba untung-untungan, siapa yang berjuang dia yang untung.”

Kira-kira seperti itulah kisahnya. Tak kerasa saya sudah sampe tujuan, Tanah Abang. Sungguh, hari ini saya benar-benar menikmati perjalanan pagi ini. Ketika saya tahu kalau saya sudah sampai Tanah Abang saya sempet kesel dalam hati, “kenapa harus udah sampe sih, kalo belum kan bisa dengerin ibunya cerita”.

Ibu ini keren dan saya salut sama dia dan dia adalah perempuan yang kuat. Pertama, dia bisa ikhlas untuk jadi “kepala keluarga” bagi keluarganya yang seharusnya itu adalah tanggung jawab suaminya. Bahkan dalam mencari nafkahnya dia dengan ikhlas jika barang jualannya ada yang “diambil”.

Kedua, ibu ini sangat tabah menghadapi suaminya yang “kaget” karena phk. Dengan sabar dia mengurusi sikap suami dan ibu mertuanya yang berubah. Sebenernya ada cerita tentang bagaimana sikap adik iparnya yang-seharusnya-tidak-dilakukan, hanya saja saya samar-samar mengingatnya. Kesabaran yang diceritakannya membuat saya yang mendengar malu. Ibu ini juga pernah jadi baby sitter dan diomelin habis-habisan karena dia berhenti tiba-tiba.

Dan yang paling bikin saya kagum sama dia adalah dia bisa menyimpan semua masalahnya sendiri sampai akhirnya si suaminya mengetahui sendiri bagaiamana penderitaannya dia selama ini. Mungkin catatan harian si ibu ini bisa di bikin novel^^.

*Untuk cerita tentang si ibu, ada beberapa kalimat yang saya tambahkan dan menggunakan kalimat saya sendiri, namun inti ceritanya tak mengubah kisah dari si ibu ini, hanya saja ada penambahan kalimat-kalimatnya.*

Monday, March 10, 2014

Kopdar1 Klub Buku Tangerang bersama Anggun Prameswari The Author of #AfterRain


Minggu, 9 Maret 2014. Tanggal ini sudah saya lingkari dialmanak meja kantor. Tanggal janjian untuk kopdar pertama dengan Klub Buku Tangerang dan Mba Anggun di Rooftop Living World Alam Sutera tepat pukul 12.00. Siang itu saya berangkat dari rumah pukul 11.30 karena rumah yang deket dengan tempatnya, jadi jalannya ya santai saja, hehehe. 

Jam Dua belas kurang, saya sudah sampai LW, dan saya langsung masuk dan naik ke rooftop. Sesampainya disana, rooftop masih sepi dan cuaca pun panas. Ketika buka hp, ternyata saya disuruh menemui Mba Anggun yang ternyata sudah sampai dari tadi di Mcd Alam Sutera, berhubung saya sudah sampai, jadi saya tak bisa menemuinya disana. Tak lama kemudian Lina pun datang, dan akhirnya yang menemui Mba Anggun di Mcd adalah Kak Andi.

Sambil menunggu Kak Andi yang kesasar jemput Mba Anggun, dan Kak Aria yang ternyata datang dengan adiknya, juga yang katanya “temennya” Lina, saya dan Lina pergi ke mushola untuk shalat. Setelah itu baru menemui mereka yang satu persatu datang.^^


Rasanya seneng banget untuk kedua kalinya ketemu sama Mbak Anggun, yang sebelumnya pernah ketemu di Malam Puisi Perdana. Ya, dan setelah terkumpul semua, kita hanya bertujuh diantaranya Kak Andi, Kak Aria, Mba Anggun, Lina, Saya, Temennya Lina, juga Adiknya Kak Aria.


Setelahnya kita langsung kumpul-kumpul di Solaria. Acara kopdar kali ini diisi dengan makan bareng lalu dilanjutkan dengan beauty class kecil-kecilan, hihihi, lalu dilanjutkan lagi dengan dengan game ABC 5 dasar dengan clue judul buku dan nama penulis. 

Dan game kali dimenang. . . . isi oleh Lia. . . yeyyeyyye *tepuk tangan. Dan sebagi hadiahnya, inilah hasilnya :D

Setelah games selesai, ada sharingmenulis dari Mba Anggun sayangnya sebentar banget karena harus jemput tamu jauh yang dari Depok.


Oh iya dari sharing bareng Mba Anggun yang sebentar itu, ilmu yang saya dapet

kalau mau menulis cerpen, buatlah paragraf pertama dan kedua itu cerita yang menarik, sehingga orang yang baca jadi penasaran dan ingin baca cerita selanjutnya”.

Maaf ya Mba Anggun, kemarin pas lagi sharing malah aku potong :(. Tapi makasih banget ilmunya loh Mba :D. Mau lagi sharing bareng :D







 
 
 

Saturday, March 8, 2014

Siapa Dia yang Baju Merah Itu

Senja kali ini basah. Hujan sedari pagi tak henti–hentinya menawarkan kesejukan. Ah, mungkin bukan kesejukan lagi, tapi sejuk yang menjelma menjadi dingin. Jika diamati, sudah sepuluh menit aku duduk di stasiun ini, duduk menanti keretaku membawa pulang ke rumah. Aku masih mengatur hela napasku yang belum teratur akibat dari aku berlari-lari agar hujan tak membasahiku sepenuhnya. Hujan, titik-titik air yang turun beramai-ramai itu selalu membuatku tertegun akan kedatangannya. Hujan selalu membawa jiwaku dalam damai, merebut hati yang lelah gundah gulana perlahan menjadi tenang dan hujan yang terkadang membawaku dalam lamunan. Aku melihat air yang turun itu dengan seksama, dengan pikiran yang entah melalang buana kemana, memikirkanmu, cita-cita dan ambisiku.

Namun sejenak lamunanku buyar ketika aku melihat seorang laki-laki berdiri tegak tepat diseberangku. Ia melemparkan senyumnya, namun karena aku tak mau “GR” aku tak memperdulikannya. Lelaki itu bepostur tinggi, jika diukur dengan tubuhku yang mungil ini, aku hanya dapat hingga bahunya saja atau mungkin dibawahnya. Ia berbadan tidak gemuk juga tidak kurus, rambutnya ikal, hitam, juga lebat, berkulit sawo matang. Kemeja merah dengan lengan yang digulung hingga sikut membuat ia kelihatan seperti usia 24 hingga 27. Celana jeans abu-abu menutupi kakinya hingga ujung celananya bertemu dengan sepatu pantopel yang digunakannya. Ia nampak sibuk dengan gadget yang dipegangnya, berbicara dengan orang yang diseberang disana. Aku bahkan tak hanya sekedar melihatnya, tapi aku benar-benar memperhatikan lelaki berbaju merah itu. Bagaimana cara matanya melihat kesekeliling, caranya melihat jam yang melingkar ditangannya, bagaimana bentuk hidungnya, bagaimana bentuk kupingnya, bentuk jidatnya, dan bagaimana ia menggambarkan lengkungan dibibirnya. Lengkungan yang membuat dia menjadi lebih menarik perhatianku, membuatku memperhatikannya lama-lama, hingga aku tak sadar bahwa pandanganku dihalangi oleh kereta yang datang menjemputnya. Aku sempat berharap kalau lelaki itu tak menaiki kereta yang baru saja datang dan menunggu kereta selanjutnya. Namun sayang, hingga kereta itu hilang dari pandanganku, aku tidak melihatnya lagi.

Tak berapa lama kemudian, setelah kehilangan pandangan akan lelaki itu, kereta yang datang dari arah selatan telah menjemputku datang. Aku masuk ke dalam gerbong, kemudian aku bertanya-tanya, siapa lelaki berbaju merah itu?

Saturday, March 1, 2014

Last Day #LatihanNulis Fajar

Akan datang padamu suatu masa
Sebuah masa dimana kau akan tau semuanya akan berlalu
Semua yang kau kira tak akan bisa kau lewati
Tapi kau berhasil menerjangnya
Saat kau tak yakini apa yang kau ingin capai
Tapi disaat waktu itu kau malah sedang berdiri diatas panggung
Dengan eluan tepuk tangan manusia-manusia sebab kau telah menggemgam cita-citamu
Saat semua peluhmu, saat semua titik lesumu sudah pada titik didihnya
Saat semua waktu malam yang kau gadaikan terbayar semua

Akan ada suatu waktu, dimana saat cahaya fajar mulai menumpah ruah
Menggantikan malammu yang kau bilang itu gelap
Menjadi sebuah titik sinar yang kemudian menjadi terang
Memberikan warna pada duniamu
Saat itulah kau tersadar, semuanya sudah kau lewati
Kau telah membayar semua peluhmu, semua kesahmu, semua tangismu
Semua yang sudah kau bilang mereka itu membelenggumu
Saat itu kau percaya, bahwa peluhmu tak menghianatimu
Bahwa fajar telah mengubah semua
Menyapamu di hari yang baru
Dengan senyum dan semangat baru







Note: Haiii Tante Bije Ipeh Pacal ***** terimakasih atas idenya untuk #LatihanNulis ini ya,, dari latihan – latihan seperti ini buat aku produktif buat nulis :D.