Tuesday, March 18, 2014

Aku dan Hujan

Eh liat ituhhh, masa hujan, yahhh nanti pulangnya gimana?”
Pembicaraan yang diawali oleh seorang teman kantorku di siang bolong. Namun nampaknya hari itu tak pantas ku sebut sebagai siang bolong, kenapa? Ya itu. Hari ini hari Senin, soal tanggal,,kita sehari lagi akan memasuki tahun baru Masehi, ya. . Senin saat ini Senin tanggal 30 Desember 2013. Menurutku cuaca Senin pagi ini sangat bersahabat, tidak panas tapi tidak (belum) hujan juga. Sejuk, aku suka Jakarta dengan keadaannya yang seperti ini. Tidak macet, tidak banyak kendaraan, dan tidak panas juga. Sampai ketika siang tiba, ada titik – titik air yang turun yang kemudian mulai membasahi kota Jakarta ini secara perlahan, menyapa dengan lembut pada kota ini. “Allahumma Shoyyiban Nafian” Alhamdulillah hujan. Aku bersyukur bisa disapa hujan kembali. Tapi entah mengapa sebagian temanku itu tidak terlalu suka.
Saat ini pukul lima sore, memang sudah jadwalnya aku sudah sampai Stasiun Sudimara. Saat sampai stasiun, hujan belum turun dengan lebat, namun karena aku mau beli tiket comet, aku harus menunggu dulu sampe antrian loket ini sepi, kasian kan kalo yang buru – buru. Saat menunggu tiketku tiba ditanganku, hujan pun turun dengan lebat. Ayah yang saat itu udah sampe, terpaksa menemuiku di stasiun, bukan di tempat warung nasi padang biasa untuk menjemput. Tiket sudah ada ditangan, kemudian bergegaslah aku ketempat ayah menunggu. Hmmm andai aku tak sayang lagi dengan hp yang baru seumuran jagung ini, rasanya tak ingin sekali aku menggunakan mantel itu.
Katanya, hujan itu adalah inspirasi yang bagus buat para “galau”. Semua kenangan dikaitkan, ya hujan itu adalah sesuatu yang bisa kau pergunakan sebagai alasan galau. Lalu bagaimana dengan aku? Sama aku pun, tak ada ubahnya dengan yang lain. Hujan kemudian rindu. Tapi benar nyatanya, aku rindu hujan beneran. Rindu sekali disapa hujannya kota hujan. Sampai suatu hari saat pulang kuliah, “Lia, kok ujan – ujanan, gak bawa payung? Kalo gak bawa kenapa gak neduh dulu?”. Hihihi pertanyaan yang udah keluar dari mulut ayah kostan yang kaget karena liat aku basah kuyup keujanan. “Bawa yah, cuma pengen ngerasain hujannya Bogor aja, hehehe.” Yaaa,,, kira – kira itulah jawabanku saat ditanya kenapa ujan – ujanan lepas pulang kuliah.
Aku suka hujan dari kecil, karena keberadaannya membuat kotaku yang gersang ini sejuk. Aku selalu rindu dengan baunya yang khas, pohon – pohon yang kemudian tumbuh jadi subur. Oh iya soal hujan, aku juga suka sama salah satu lagu anak – anak yang nyanyiin soal hujan, bukan lagu tik tik bunyi hujan, tapi lagu ini bagian dari albumnya Neno Warisman sama anak – anak kecil yang judulnya “a ba ta tsa” hihi, kira – kira liriknya seperti ini. . .
Allah turunkan hujan dari gumpalan awan
dari langit yang tinggi membasahi seluruh bumi. . .
Bumi menjadi subur, tanah menjadi gembur
Pantaslah kita bersyukur. . .
Dari kecil aku selalu mencari alasan – alasan untuk tidak membawa payung kemanapun pergi dengan alasan hanya karena ingin dalam keadaan basah kuyup saat pulang. Dan tentu ibu selalu dengan cerewetnya yang khas mengomentari keadaan aku yang sudah basah.
Hay hujanku di Kota Hujan, bagaimana dengan kabarmu?
Masih seperti dulu kah?
Dengan kilatnya yang menggelora, dengan anginnya yang riuh 


*Late post, mhihihi, lagi ngorek-ngorek data di komputer, ternyata ini belum di post, mahhaha* 

No comments:

Post a Comment