“Eh
liat ituhhh, masa hujan, yahhh nanti pulangnya gimana?”
Pembicaraan
yang diawali oleh seorang teman kantorku di siang bolong. Namun
nampaknya hari itu tak pantas ku sebut sebagai siang bolong, kenapa?
Ya itu. Hari ini hari Senin, soal tanggal,,kita sehari lagi akan
memasuki tahun baru Masehi, ya. . Senin saat ini Senin tanggal 30
Desember 2013. Menurutku cuaca Senin pagi ini sangat bersahabat,
tidak panas tapi tidak (belum) hujan juga. Sejuk, aku suka Jakarta
dengan keadaannya yang seperti ini. Tidak macet, tidak banyak
kendaraan, dan tidak panas juga. Sampai ketika siang tiba, ada titik
– titik air yang turun yang kemudian mulai membasahi kota Jakarta
ini secara perlahan, menyapa dengan lembut pada kota ini. “Allahumma
Shoyyiban Nafian”
Alhamdulillah hujan. Aku bersyukur bisa disapa hujan kembali. Tapi
entah mengapa sebagian temanku itu tidak terlalu suka.
Saat
ini pukul lima sore, memang sudah jadwalnya aku sudah sampai Stasiun
Sudimara. Saat sampai stasiun, hujan belum turun dengan lebat, namun
karena aku mau beli tiket comet,
aku harus menunggu dulu sampe antrian loket ini sepi, kasian kan kalo
yang buru – buru. Saat menunggu tiketku tiba ditanganku, hujan pun
turun dengan lebat. Ayah yang saat itu udah sampe, terpaksa menemuiku
di stasiun, bukan di tempat warung nasi padang biasa untuk menjemput.
Tiket sudah ada ditangan, kemudian bergegaslah aku ketempat ayah
menunggu. Hmmm andai aku tak sayang lagi dengan hp yang baru seumuran
jagung ini, rasanya tak ingin sekali aku menggunakan mantel itu.
Katanya,
hujan itu adalah inspirasi yang bagus buat para “galau”. Semua
kenangan dikaitkan, ya hujan itu adalah sesuatu yang bisa kau
pergunakan sebagai alasan galau. Lalu bagaimana dengan aku? Sama aku
pun, tak ada ubahnya dengan yang lain. Hujan kemudian rindu. Tapi
benar nyatanya, aku rindu hujan beneran. Rindu sekali disapa hujannya
kota hujan. Sampai suatu hari saat pulang kuliah, “Lia, kok ujan –
ujanan, gak bawa payung? Kalo gak bawa kenapa gak neduh dulu?”.
Hihihi pertanyaan yang udah keluar dari mulut ayah kostan yang kaget
karena liat aku basah kuyup keujanan. “Bawa yah, cuma pengen
ngerasain hujannya Bogor aja, hehehe.” Yaaa,,, kira – kira itulah
jawabanku saat ditanya kenapa ujan – ujanan lepas pulang kuliah.
Aku
suka hujan dari kecil, karena keberadaannya membuat kotaku yang
gersang ini sejuk. Aku selalu rindu dengan baunya yang khas, pohon –
pohon yang kemudian tumbuh jadi subur. Oh iya soal hujan, aku juga
suka sama salah satu lagu anak – anak yang nyanyiin soal hujan,
bukan lagu tik tik bunyi hujan, tapi lagu ini bagian dari albumnya
Neno Warisman sama anak – anak kecil yang judulnya “a ba ta tsa”
hihi, kira – kira liriknya seperti ini. . .
Allah
turunkan hujan dari gumpalan awan
dari
langit yang tinggi membasahi seluruh bumi. . .
Bumi
menjadi subur, tanah menjadi gembur
Pantaslah
kita bersyukur. . .
Dari
kecil aku selalu mencari alasan – alasan untuk tidak membawa payung
kemanapun pergi dengan alasan hanya karena ingin dalam keadaan basah
kuyup saat pulang. Dan tentu ibu selalu dengan cerewetnya yang khas
mengomentari keadaan aku yang sudah basah.
Hay
hujanku di Kota Hujan, bagaimana dengan kabarmu?
Masih
seperti dulu kah?
Dengan
kilatnya yang menggelora, dengan anginnya yang riuh
*Late post, mhihihi, lagi ngorek-ngorek data di komputer, ternyata ini belum di post, mahhaha*
No comments:
Post a Comment