Pukul 16.00 sudah tiba waktunya aku pulang dari rutinitas ku hari ini. Seperti biasa tak perlu ku menunggu lama aku langsung bergegas menuju kopaja atau metromini yg kemudian mengangkutku sampai stasiun sudirman.
Hari ini aku tak seperti biasanya, aku pulang menuju Tangerang untuk kutemui teman-teman di kantor lama ku dulu. Aku tiba di stasiun Sudirman pukul 4 lewat 15 menit. Ya hari ini tak seperti hari kemarin, jalanan lancar, hanya saja lampu lalu lintas di HI itu memperlambat perjalanan ku.
Tiba kereta tiba pula aku menghubungi temanku, sedikit memberi kabar bahwa aku sedang dalam perjalanan. Seperti biasa tak ada yang istimewa ketika aku menaiki kereta ini. Mengisi waktu luang kuambil beberapa lembar kertas yang telah dibukukan untuk kubaca sebagai pengisi waktu luang selama perjalanan ini.
Tiba-tiba aku disadarkan oleh suara perempuan berasal dari gerbong sebelah, dengan bunyi suara pintu kereta yang khas, perempuan itu mengeluarkan suara "yo ayo bu mpek mpeknya, yuk masih ada ni". Ia berbicara dengan lembut diiringi segaris senyum yang menambah manis wajahnya yang sudah peluh. Aku terenyuh, aku teringat ibu dirumah. Ya perjuangan seorang ibu yang kulihat dari senyum perempuan itu.
Senyum dan sapaan hangatnya pada para penumpang kereta hari ini membuat nya berhasil meraih sejumlah uang.
Ya...sekali lagi kulihat perjuangan seorang perempuan. Aku tak tau dia seorang ibu atau bukan, tapi dari senyumannya aku kembali diingatkan pada kasih seorang ibu yang bersedia mengukir hari dijalan demi anaknya.
Tak terasa aku sudah sampai di stasiun Duri. Ia turun didampingi lagi dengan segaris senyum ikhlas dan rasa terimakasihnya pada pembeli mpek-mpeknya.
Monday, December 16, 2013
Saturday, December 14, 2013
Hari Setelah Kejadian Tragedi Bintaro
Senin
9 Desember 2013, saat itu pukul 12.11 seorang teman di sebuah grup WA
memberi kabar kalau ada kecelakaan kereta di jalur Kebayoran – Pd.
Ranji, tepatnya di perlintasan Pd. Betung. Kecelakaannya adalah
tabrakan kereta Commuter Line jurusan
Serpong – Tanah Abang (CL) dengan truk tangki pembawa BBM dari
Pertamina. Kecelakaan kereta tersebut bermula dari CL Serpong –
Tanah Abang yang melaju kencang dari Stasiun Pondok Ranji menuju
Stasiun Kebayoran, namun di perlintasan Pd. Betung melintas truk
tangki BBM, CL yang saat itu melaju kencang kemudian menurunkan
kecepatannya dan memberi klakson tanda kereta lewat, namun keadaan
lalu lintas pada saat itu sedang ramai sehingga truk tangki tersebut
tidak bisa jalan. Alhasil CL kemudian menabrak truk tersebut dan
kecelekaan pun tak bisa dihindari.
Sumber : www.tempo.com
Setelah
denger kabar
kecelekaan itu, aku yang biasa pulang naik kereta akhirnya pulang
dengan menggunakan bis karena akses ke Serpong ditutup. Sehari
setelah kejadian itu, saat pulang kerja di hari Selasa tanggal
berikutnya, aku pulang ke rumah kembali menggunakan kereta, konon
katanya akses ke Serpong sudah normal kembali. Seperti biasa pulang
dari kantor selalu teng go
, waktu itu seperti biasa jam 4.15 sudah sampai di Stasiun Sudirman,
pas beli
tiket ke Sudimara penjaga tiket agak bingung dan tanyalah ia ke
temennya,
“Pak,
jalur ke Serpong emang udah bisa?” Tanya si penjaga tiket ke
temennya.
“Udah
kok udah bisa, tapi kalo 'gak
satu jalur ya palingan
telat”. Jawab temennya.
“Gimana
mba masih mau?”. Tanya si penjaga tiket pada saya.
“Iya
mba, 'gak apa-apa”. Jawabku.
Bagaimanapun
mau tidak mau aku akan tetap naik kereta, karena transportasi inilah
yang paling dekat dengan rumah, pikirku kala itu adalah sepertinya
akan lebih parah pulang dengan naik bis daripada naik kereta yang
meskipun saat itu akan cuma ada satu jalur. Sebenernya ada tiga
alternatif jalan pulang yaitu naik kereta, naik bis yang kearah
Ciledug atau naik bis yang kearah Tangerang. Buatku secapek-capeknya
naik kereta jauh lebih capek lagi naik bis, ‘gak tahan banget sama
macetnya dan ngetem
nya pula belum lagi banyak lampu merah di sepanjang jalan menuju
Ciledug. Apalagi kalau harus pulang lewat Tangerang yang pokoknya
mah akan ngeluarin
waktu yang jauh lebih banyak karena selain
nunggu bis dari Harmoni, macet di Tol Kebun Jeruk dan akan macet
parah juga dari Kebon Nanas sampai rumah, bisa-bisa sampe shubuh
(okeh ini lebay ;P).
Lalu
saya turunlah ke jalur kereta karena kalau di Stasiun Sudirman jalur
keretanya ada di bawah, kemudian menunggu kereta tujuan Tanah Abang
itu tiba. Sesampainya di Tanah Abang, MasyaAllah ‘gak nyangka
kalau yang mau naik kereta ke Serpong sampai Parung Panjang akan
sebanyak itu. Crowded banget
suasananya, biasanya kalau normal penumpang ‘gak akan sebanyak ini.
Kereta yang seharusnya sudah jalan pukul 4.00 baru akan berangkat
pukul 4.30, dan seharusnya itu sudah kereta kedua atau ketiga yang
berangkat. Kereta pun tiba, saya langsung saja naik di gerbong paling
belakang dan kau bisa bayangkan bagaimana sesaknya karena yang satu
atau dua penumpang kereta yang seharusnya sudah berangkat tapi ikut
kereta selanjutnya.
Bahkan
karena penuhnya, sampai gerbong perempuan pun seperempatnya diisi
oleh laki-laki padahal satpam sudah mengusir mereka. Kereta tidak
langsung berangkat, karena “pengurus” kereta masih kekeuh
supaya yang laki-laki pindah ke selain gerbon satu atau delapan.
Gara-gara diusir itulah akhirnya ada bapak-bapak yang turun dan dia
langsung bilang “udah woy kita turun aja,
gerbong perempuan mah bikin sial”, saya
sama ibu-ibu disebelah langsung menggelengkan kepala *pasang muka cemas*. Belum sampai
disitu saat kereta jalan tiba-tiba lampu mati beberapa kali dan itu
membuat khawatir penumpang yang ada di dalam kereta.
Crowdednya
kereta kemudian berlangsung sampai hari berikutnya, Rabu dan masih
seperti biasa masih telat. Saat Kamis tiba, sesampainya di Tanah
Abang penumpang masih saja penuh. Saya pikir masih karena kasus
kecelakaan itu tapi ternyata tidak, ada pohon
yang jatuh diatas rel kereta di jalur
Palmerah. Kereta terpaksa telat, sontak penumpang di stasiun itu
langsung ngoceh-ngoceh
‘gak karuan, hihihihi, “ya Allah ada-ada
aja kereta ini, baru kemarin kecelakaan ada lagi aja musibah kereta
ke Serpong”. Tapi kali ini kereta telat jauh lebih parah dibanding
kereta hari Selasa, karena kereta yang seharusnya berangkat pukul
4.00 jadi berangkat sejam kemudian, dan untuk masuk ke gerbongnya
harus benar-benar berjuang.
Alhamdulillah-nya
hari ini, Jum’at kereta sudah normal kembali seperti biasa dan
sampai di rumah pun sudah normal. :D
"Mungkin memang sudah ajalnya kali ya mereka harus mengalami kejadian seperti ini.
Buat yang masih hidup, sayang-sayangilah nyawanya jangan sembrono.
Bagi siapapun sebaiknya bisa mengambil hikmah dari kejadian ini.
Teriblah di jalan, jangan terbawa nafsu untuk cepat-cepat sampai.
Keselamatan kita nomor satu. Ada orang-orang yang menunggu kalian dirumah.
Walaupun pada akhirnya kita 'gak ada yang tau saat terakhir kita akan seperti apa.
Tapi setidaknya kita sudah berusaha untuk menjaga nikmat hidup ini dengan baik."
Thursday, December 12, 2013
Ibu Guru Rima "Sebuah Hati yang Ikhlas Untuk Anak-Anak di Pedalaman Riau". (Tahap 1)
Keadaan
langit kala fajar itu sepi, langit masih dalam keadaan gelapnya,
embun masih setia menemani daunnya, suara kokok ayam membangunkan
penduduk sambil bersahut-sahutan dengan suara seseorang yang sedang
melantukan ayat-ayat suci Al-Qur'an dari pojok surau itu. Orang-orang
di desa itu masih enggan untuk keluar dari peraduannya, udara masih
dingin. Tapi disalah satu rumah penduduk di desa tersebut, seorang
wanita dan anaknya yang masih belia sudah asik berisik. Kala itu jam
masih menunjukkan pukul 3.00 WIB.
“Mamak
jadi berangkat?”
“Jadi
sayang.”
“Mamak
yakin? Mamak masih kurang sehat, kata Pak Muis Mamak masih belum
boleh kerja terlalu capek, nanti Mamak tambah sakit.”
“Iya
Nisa, Mamak tau kok, tapi Mamak enggak betah diem mulu di rumah,
bosen.”
“Biar
Nisa saja ya yang menggantikan Mamak.”
“Tidak
perlu, kamu itu besok masih harus sekolah, apa tugasmu sudah
dikerjakan?”
“kebetulan
besok gak ada tugas kok, ulangan pun tidak ada, atau Nisa ikut
nemenin Mamak saja ya.” Ajak Nisa pada Mamaknya.
“Hmm.
. . ndak perlu lah, kamu ndak boleh terlalu capek, tugasmu saat ini
adalah belajar, kalaupun kamu ingin bantu Mamak, kamu cukup bantu
jaga toko dan beres-beres rumah. Belajar yang rajin, raih prestasi
terbaikmu. Mamak gak memaksa kamu harus juara kelas asal kamu sudah
lakukan yang terbaik, itu sudah cukup buat Mamak. Akan ada saatnya
nanti kamu bisa ikut Mamak mengajar di sekolah itu, ngerti Nis?”
“Iya
mak Nisa ngerti kok, jadi pengen cepet-cepet ke “waktu yang
ditentukan itu” Nisa gak sabar hehehe. yasudah Nisa siapkan
keperluan Mamak dulu ya, Mamak mau dMamakatkan apa, teh manis anget
atau teh biasa aja?”
“Seperti
biasa saja Nis.” Senyum Mamak pada Nisa.
***
Saturday, December 7, 2013
Wait
Sudah lebih dari 2 jam di stasiun itu Kiran tetap setia menunggu kekasihnya untuk menjemputnya. Sungguh Kiran sebenarnya sudah lama menyadari bahwa suaminya telah lama tak akan kembali ke stasiun itu untuk menjemputnya. Tapi ia hanya tak ingin menghilangkan kenangan yang baru saja ia alami bersama suaminya, meskipun dia tau hanya orang bodoh saja yang mau menunggu orang yang sudah mati untuk sekedar menjemputnya.
November "Bulan Cinta"
Senin.
18 November 2013
Ada
suatu acara disebuah social
media (cuma
lupa siapa yang buat acaranya) dimana lomba ini adalah lomba
kepenulisan dengan tema “Lovember”. Kali ini saya posting bukan
untuk ikut lomba “Lovember”, Cuma kata “Lovember” ini jadi
inspirasi buat saya, kenapa? Karena 2 orang sahabat dari orang-orang
terbaik di sisiku (Alhamdulillah) sudah dikhitbah oleh laki-laki
terbaik pilihan Allah yang Allah kirim untuk jadi imam mereka.
Dua
orang sahabat ini dari lingkungan yang berbeda, yang satu sahabat
kuliah, yang satu sahabat tapi udah saya anggap kakak perempuanku di
kantor.
- Rika Fitri
Perempuan
yang satu ini, saya mengenalnya sejak bangku kuliah di semester satu.
Saat itu kami memang sekelas tapi kami tidak satu praktikum. Aku
mengenalnya lewat salah-satu-teman-baikku si “Teteh” yang justru
aku kenal jauh hari sebelum aku mengenal Rika. Aku mulai dekat dengan
Rika ketika aku, Rika, dan Teteh satu kuliah dan satu praktikum dan
itu ada di semester tiga. Oh iya saat semester tiga, kami gag
Cuma
bertiga, dua orang tambahan temanku Lia dan Suci. Sekilas tentang
semester tiga ini, kita gag
pernah yang namanya gag
foto, entah lagi kuliah atau aktivitas yang lainnya. Zaman kuliah,
Rika ini paling “doyan” banget ngacak-ngacak”
kamar kostan. Kalau dia lagi main ke kostan, pasti deh seprai kasur
enggak pernah lepas dari kata “acak-acakan”. Rika ini suka banget
sama pink.
Sama halnya seperti aku dan Teteh, bedanya Rika ini justru phobia
sama kucing
(hihihihi). Diantara kita, Rika ini paling jago banget masak, pinter
urus rumah tangga. Orangnya alim, rajin shalatnya, bacaan Al-Qur’an
nya pun insyaAllah fasih. Dia ini sahabat baikku, meski sekarang
tidak bareng-bareng lagi, kita masih suka ketemu.
“Ayah”
Edrian, pria ini dikenal Rika sejak beberapa tahun yang lalu,
tepatnya lupa. Ed (begitu panggilannya) ini pria rantauan dari pulau
seberang. Edrian adalah siswa dari jurusan kelapa sawit. Rika dan Ed
ini mulai kenal sejak mereka dikenalkan oleh “Bunda IIn’. Bermula
dari temenan, hingga mereka jadian. Mereka sempat mengalami yang
namanya LDR banget. Ya secara Rika di Bogor Ed ini di Kalimantan.
Salut sama hubungannya mereka, ukuran jarak LDR mereka itu jauh
banget loh, Kalimantan yang ditempatin Edrian ini bukan Kalimantan
kota. Jarak antara plantnya
dengan kota Pontianak aja delapan jam, jauh lebih deket ke Malaysia.
Jarak
yang jauh itu bukan jadi penghalang mereka, justru mereka bisa
bertahan sampai sejauh ini. Bukan berarti hubungan mereka ini tanpa
tanpa cekcok. Pinternya mereka yang bisa jaga cekcok nya itu yang
bikin bertahan. Tak jarang Ed ini harus berapa puluh kali menghubungi
Rika ketika mereka lagi berantem, prinsip Ed yang jika ada masalah
harus langsung selesai. Perjuangan Ed yang sampai-sampai dia harus
datang ke Bogor hari Sabtu dan Minggu pulang lagi. Itu dia lakuin pas
dia dapet “tantangan” dari Rika kalau dia saying atau apa gitu.
Dan itu terealisasi men, *tepuk tangan*, aku aja belum pernah pun
sampe sebegitunya T__T. Sampai tiba saatnya tanggal 16 November
kemarin, Rika resmi dikhitbah….. Subhanallah selamat ya saying…
doain aku juga :*
25
November 2013,
- Liesyati
Hahahaha
jarak menulis yang lama ya dari tulisan satu ke tulisan yang lain,
tujuh hari padahal masih dalam satu tema. Lanjut ya, iya. Nah kalo
sahabat yang satu lagi, perempuan Miss Iseng ini baru aja dikenal
sejak tahun satu tahun yang lalu. Eceu begitu nama panggilannya,
adalah atasan saya langsung.
Eceu
ini seumuran sama si aa, berasa banget punya kakak cewe kalau lagi
ada di kantor. Eceu ini perempuan yang baik *yaiyalah kalo gak baik
dia di rumah sakit, hihihi*, namun kadang terlalu takut untuk
diperlakukan dengan terlalu baik oleh orang-orang, bukan karena
apa-apa selain hanya takut tidak bisa berbuat baik kembali atau
mengecewakan. Dia perempuan yang cantik *yakali kalo ganteng mah dia
laki*, anggun, manis, tapi dibalik keanggunannya itu dia tomboy abis,
super iseng, ya dan w adalah korban keisengannya setiap hari T_T.
Sang primadona A**t*r**I (bhahaha) dengan suara cemprengnya yang
khas, sang perusuh, dan si Miss Upil.
Soal
jadi bawahannya? Jangan ditanya lagi, kita kudu tahan sama suaranya
yang bawel (hehehe), apalagi kalo udah mendekati closing.
Namun dibalik kebawelannya itu, dia pemimpin yang pandai, pandai
membawahi anak buahnya, pandai merapihkan kerjaannya, pandai
mengobrak-abrik masa lalu kerjaan, juga pandai membohongi akuu T__T.
Mas
Emben, Mas Piter, atau siapalah dia punya nama (hehehe), sosok pria
inilah yang akhirnya membuat saya mengucapkan Alhamdulillah dan
mungkin saat itu kalo tidak tahu malu loncat-loncat kegirangan karena
syok ketika tau mas-mas yang satu ini ngelamar ‘kakak perempuan’
ku ini. Bagaimana tidak dibuat syok, ini loh yang ditunggu-tunggu
semenjak awal Eceu cerita. Hampir tiap kali cerita aku, mba suci,
madam, mama maria dibuat gregetan sama mas-mas ini karena gregetan
enggak ngelamar-lamar Eceu.
Tapi
syukur Alhamdulillah, sehari setelah Rika dilamar, Eceu dilamar,
Barakallahu Eceuu, semoga langgeng sampai maut memisahkan kalian,,
doain aku juga yaaa…
Subscribe to:
Posts (Atom)