Tuesday, January 7, 2014

Punggung

"Ayah, Rena juga mau naik kuda-kudaan kaya Kak Ica."
"Ayo sini Rena naik ke punggung ayah, ayah siap kapanpun jadi kuda buat Rena."
"Tapi yah, Rena maunya kuda yang dari kayu, ayah kapan mau beliin buat Rena? Ayah lagi gak boong kan sama Rena kalo ayah mau beliin Rena kuda?"
"Rena kenapa pengen banget sih punya kuda kayu? padahal kuda punggung ayah lebih enak loh. Kuda ayah itu gak cuma bisa jalan ditempat, tapi bisa terbang."
"Masa yah? tapi Rena tetep mau kuda kayak Kak Ica yah".
"Rena sekarang coba dulu deh kuda terbang punya ayah, pasti Rena ketagihan."
***
Rena akhirnya dengan terpaksa menaiki punggung ayahnya sebagai pengganti dari kuda kayu yang belum ia punya. Dengan peluh yang masih belum hilang, ayah terus berlaku layaknya kuda kayu. Berjalan dengan lututnya, menggoyangkan badannya ke kanan dan ke kiri seolah-olah Rena seperti mau terjatuh, dan tentu tak lupa sesekali ayah berdiri untuk melakukan janjinya pada Rena seperti kuda terbang. Rasa lelahnya selepas memulung tak membuatnya hilang akal untuk membahagiakan anaknya.
***
"Ayah, Rena mau ucapin terimakasih sebanyak-banyaknya sama ayah. Terimakasih untuk punggung ayah yang tak pernah lelah memberi Rena kehidupan. Punggung ayah yang setiap hari selalu menjadi tumpuan barang-barang bekas, dan terimakasih untuk kuda terbangnya yang selalu buat Rena tertawa waktu kecil. Terimakasih ayah karena punggungmu aku bisa sampai jadi doktor".  Rena kemudian memeluk ayahnya yang saat itu menghadiri wisuda S3 nya. Ayahnya pun terharu, air matanya tak mampu lagi menghilangkan wajahnya yang lelah dan punggungnya yang kian membungkuk. Sambil mencium kening Rena, "Rena anakku sayang, tugas punggung ayah sudah selesai sampai disini, maaf karena ayah tak bisa memenuhi janji ayah beli kuda untukmu bahkan sampai kau sebesar ini. Terimakasih karena kau telah senang dengan punggung ayah."
--------------