Saturday, December 14, 2013

Hari Setelah Kejadian Tragedi Bintaro

Senin 9 Desember 2013, saat itu pukul 12.11 seorang teman di sebuah grup WA memberi kabar kalau ada kecelakaan kereta di jalur Kebayoran – Pd. Ranji, tepatnya di perlintasan Pd. Betung. Kecelakaannya adalah tabrakan kereta Commuter Line jurusan Serpong – Tanah Abang (CL) dengan truk tangki pembawa BBM dari Pertamina. Kecelakaan kereta tersebut bermula dari CL Serpong – Tanah Abang yang melaju kencang dari Stasiun Pondok Ranji menuju Stasiun Kebayoran, namun di perlintasan Pd. Betung melintas truk tangki BBM, CL yang saat itu melaju kencang kemudian menurunkan kecepatannya dan memberi klakson tanda kereta lewat, namun keadaan lalu lintas pada saat itu sedang ramai sehingga truk tangki tersebut tidak bisa jalan. Alhasil CL kemudian menabrak truk tersebut dan kecelekaan pun tak bisa dihindari. 



 Sumber : www.tempo.com

Setelah denger kabar kecelekaan itu, aku yang biasa pulang naik kereta akhirnya pulang dengan menggunakan bis karena akses ke Serpong ditutup. Sehari setelah kejadian itu, saat pulang kerja di hari Selasa tanggal berikutnya, aku pulang ke rumah kembali menggunakan kereta, konon katanya akses ke Serpong sudah normal kembali. Seperti biasa pulang dari kantor selalu teng go , waktu itu seperti biasa jam 4.15 sudah sampai di Stasiun Sudirman, pas beli tiket ke Sudimara penjaga tiket agak bingung dan tanyalah ia ke temennya,
“Pak, jalur ke Serpong emang udah bisa?” Tanya si penjaga tiket ke temennya.
“Udah kok udah bisa, tapi kalo 'gak satu jalur ya palingan telat”. Jawab temennya.
Gimana mba masih mau?”. Tanya si penjaga tiket pada saya.
“Iya mba, 'gak apa-apa”. Jawabku.
Bagaimanapun mau tidak mau aku akan tetap naik kereta, karena transportasi inilah yang paling dekat dengan rumah, pikirku kala itu adalah sepertinya akan lebih parah pulang dengan naik bis daripada naik kereta yang meskipun saat itu akan cuma ada satu jalur. Sebenernya ada tiga alternatif jalan pulang yaitu naik kereta, naik bis yang kearah Ciledug atau naik bis yang kearah Tangerang. Buatku secapek-capeknya naik kereta jauh lebih capek lagi naik bis, ‘gak tahan banget sama macetnya dan ngetem nya pula belum lagi banyak lampu merah di sepanjang jalan menuju Ciledug. Apalagi kalau harus pulang lewat Tangerang yang pokoknya mah akan ngeluarin waktu yang jauh lebih banyak karena selain nunggu bis dari Harmoni, macet di Tol Kebun Jeruk dan akan macet parah juga dari Kebon Nanas sampai rumah, bisa-bisa sampe shubuh (okeh ini lebay ;P).
Lalu saya turunlah ke jalur kereta karena kalau di Stasiun Sudirman jalur keretanya ada di bawah, kemudian menunggu kereta tujuan Tanah Abang itu tiba. Sesampainya di Tanah Abang, MasyaAllah ‘gak nyangka kalau yang mau naik kereta ke Serpong sampai Parung Panjang akan sebanyak itu. Crowded banget suasananya, biasanya kalau normal penumpang ‘gak akan sebanyak ini. Kereta yang seharusnya sudah jalan pukul 4.00 baru akan berangkat pukul 4.30, dan seharusnya itu sudah kereta kedua atau ketiga yang berangkat. Kereta pun tiba, saya langsung saja naik di gerbong paling belakang dan kau bisa bayangkan bagaimana sesaknya karena yang satu atau dua penumpang kereta yang seharusnya sudah berangkat tapi ikut kereta selanjutnya.
Bahkan karena penuhnya, sampai gerbong perempuan pun seperempatnya diisi oleh laki-laki padahal satpam sudah mengusir mereka. Kereta tidak langsung berangkat, karena “pengurus” kereta masih kekeuh supaya yang laki-laki pindah ke selain gerbon satu atau delapan. Gara-gara diusir itulah akhirnya ada bapak-bapak yang turun dan dia langsung bilang “udah woy kita turun aja, gerbong perempuan mah bikin sial”, saya sama ibu-ibu disebelah langsung menggelengkan kepala *pasang muka cemas*. Belum sampai disitu saat kereta jalan tiba-tiba lampu mati beberapa kali dan itu membuat khawatir penumpang yang ada di dalam kereta.
Crowdednya kereta kemudian berlangsung sampai hari berikutnya, Rabu dan masih seperti biasa masih telat. Saat Kamis tiba, sesampainya di Tanah Abang penumpang masih saja penuh. Saya pikir masih karena kasus kecelakaan itu tapi ternyata tidak, ada pohon yang jatuh diatas rel kereta di jalur Palmerah. Kereta terpaksa telat, sontak penumpang di stasiun itu langsung ngoceh-ngoceh ‘gak karuan, hihihihi, “ya Allah ada-ada aja kereta ini, baru kemarin kecelakaan ada lagi aja musibah kereta ke Serpong”. Tapi kali ini kereta telat jauh lebih parah dibanding kereta hari Selasa, karena kereta yang seharusnya berangkat pukul 4.00 jadi berangkat sejam kemudian, dan untuk masuk ke gerbongnya harus benar-benar berjuang.
Alhamdulillah-nya hari ini, Jum’at kereta sudah normal kembali seperti biasa dan sampai di rumah pun sudah normal. :D

"Mungkin memang sudah ajalnya kali ya mereka harus mengalami kejadian seperti ini.
Buat yang masih hidup, sayang-sayangilah nyawanya jangan sembrono.
Bagi siapapun sebaiknya bisa mengambil hikmah dari kejadian ini.
Teriblah di jalan, jangan terbawa nafsu untuk cepat-cepat sampai.
Keselamatan kita nomor satu. Ada orang-orang yang menunggu kalian dirumah.
Walaupun pada akhirnya kita 'gak ada yang tau saat terakhir kita akan seperti apa.
Tapi setidaknya kita sudah berusaha untuk menjaga nikmat hidup ini dengan baik." 




 

9 comments:

  1. jadwal molor mungkinudh jadi hal lumrah di negri ini mbak... :D
    skalian mau kasih info nih..
    e-Compusoft Blog Contest

    Total Hadiah Jutaan Rupiah lho...
    Hadiah Langsung pulsa 10.000 bagi 100 Pendaftar Pertama.

    Info selengkapnya:
    e-Compusoft Writing Competition

    Terima kasih....

    ReplyDelete
  2. ya. ambil hikmahnya aja.
    supaya semua lebih berhati-hati dan mematuhi aturan berkendara.

    kalau ada waktu, main ke blogku juga ya

    ReplyDelete
  3. Itu salah satu peringatan dari Allah akan kelalaian para manusia itu sendiri, semoga kita selalu ada di lindungan-Nya :) salam kenal hehehe

    ReplyDelete
  4. wew, untung di negri asalku gak ada kereta api *dikeplak

    ReplyDelete
  5. Zega: Iya kak semua musibah pasti ada hikmahnya :g:

    ReplyDelete
  6. Abek: Bek negeri lu negeri api bukan? :b:

    ReplyDelete