Sunday, October 5, 2014

Absennya Tuhan



"Apa yang kau rindukan di idul adha hari ini?" Tanyanya selepas ku menyuguhkan secangkir kopi.

"Aku rindu Tuhan memberikanku mimpi mengelilingi rumah-Nya. Tuhanku sudah tiga kali berturut-turut absen memberikan mimpi itu, padahal sebelumnya tiga kali berturut pula aku mendapatkan mimpi itu. Nyata, walau aku sadar itu sekedar mimpi. Nikmat,  walau aku tau itu cuma rasa inginku yang terlalu besar. Sedih, karena Tuhan mengambil mimpi itu."

"Sekarang ku tanya, apa kau tahu kenapa Tuhanmu absen tiga kali dari mimpimu?"

"Belum. Mungkin Dia bosan karena permintaanku yang selalu sama setiap ku ingin tidur di malam Idul Adha".

"Bosan, katamu?. Kau bosan dalam berdoa?" Ia menyeruput kopi yang kusuguhkan. Sekali seruput. Dua kali seruput. Aku berharap dia berhenti menanyaiku soal ini dan membahas persoalan yang lain.

"Apa yang sudah kau lakukan terhadap Tuhanmu? Apa kau sudah mendedikasikan Tuhanmu dalam hidupmu? Apa kau sudah menafsirkan apa-apa saja yang bisa membuat Tuhan tak lagi memberikanmu mimpi itu? Jika kau tau Tuhanmu tak lagi memberikan mimpi itu, kenapa kau malah berhenti meminta? Atau memang kau tak ingin lagi diberikan mimpi itu?"

Ia terus saja berkomat-kamit menanyaiku perihal mengapa Tuhan tak lagi memberikan mimpi itu. Aku mulai jenuh. Lalu tambah jenuh, dan kekesalanku pada pria yang baru kukenal lepas shalat ied tadi tak mampu ku bendung lagi ketika ia masih saja menanyaiku perihal ini dan itu. Lalu pada puncaknya aku ingin meninggalkan dia sendiri dan pergi ke dapur lalu aku bisa mengisi kekosongan perut.

"Kau ingin pergi dariku? Kau ingin menghindar dariku karena pertanyaan-pertanyaanku? Kalau denganku saja kau bosan, bagaimana kalau Tuhanmu yang bertanya seperti ini? Kau tahu mengapa Tuhanmu tak lagi memberikan mimpi itu? Satu. Tuhanmu pergi karena secara perlahan kau juga pergi meninggalkan-Nya. Kau sekarang terlalu sibuk dengan duniamu. Kau tahu, Tuhan rindu dengan semua ibadahmu dulu. Dua. Kau tak pernah ikhlas dalam berdoa. Aku yakin kau mengerti maksudku yang ini. Jika kau tidak tahu, tanyalah hatimu, karena dia perilaku utamanya. Tiga. Karena yang kau inginkan cuma sekedar mimpi. Kau tak pernah punya keinginan untuk pergi ke mengunjungi-Nya secara nyata hanya karena segala alasan kemisikinanmu."

"Tuhanpun akan merasa bosan karena kau tak pernah menaikkan level keinginanmu, padahal Tuhan punya segala cara untuk mengajakmu berkunjung kerumah-Nya. Kembalilah, tafsirkanlah segalanya yang memungkinkan Tuhan kan mengembalikan mimpimu. Naikkanlah level mimpimu. Jangan hanya karena kemarjinalanmu, kau juga marjinal dalam keyakinan bahwa Tuhanmu akan membuat mimpimu itu nyata."


Aku terbangun dari mimpiku. Tubuhku penuh dengan peluh. Air mataku jatuh. Aku tahu Tuhanku telah mengembalikan lagi mimpiku. Namun kali ini dengan cara yang tak sama.

Subuhpun berkumandang. Takbir setelahnya berkumandang, setelah semalam suntuk ia menjadi penenang dalam tidurku. Dan aku sadar, aku sudah terlalu jauh meninggalkan Tuhanku. Aku ingin kembali dan ingin semua mimpi tiga kali berturut itu menjadi nyata dikemudian hari.



2 comments:

  1. baca tulisan ini, jadi nyadar, aku masih banyak kurangnya T____T

    ReplyDelete
  2. kadang memang perlu ada kata "bosan" agar bisa tercipta kata "rindu" x)))

    ReplyDelete