Jumatulis Season 2 - 01 Pop - Be A Strong Woman, Pop!
Senja
hari itu tidak ada jingganya. Abu-abu telah menggantinya. Tetes-tetes air
perlahan turun menyentuh tanganku yang sedang menunggu kedatangannya. Lima
belas menit berlalu. Ia masih belum nampak. Kemudian sejam, ia juga belum
menampakkan dirinya. Cangkir kopiku sudah yang ketiga kalinya diisi. Aku
menggantinya dengan teh manis panas. Aku tak mau perutku tiba-tiba kacau dalam suasana yang aku tunggu. Sejam setengah, ah sudah hampir
lelah aku menunggunya di beranda. Saat aku menginginkan badanku memutar untuk
masuk ke dalam rumah, aku melihatnya. Gadis remaja itu baru saja turun dari
angkutan kota. Dia berlari kecil menujuku, kedua tangannya menghalangi hujan
menyentuh palanya. Dari kejauhan, aku melihatnya sangat bahagia. “Rabbi,”
gumamku dalam hati, “semoga hasilnya sesuai dengan prasangkaku, aamiin.”
“Kak,
kak,” ia langsung memelukku dengan erat sesampainya di hadapanku. Aku
membalasnya. Ku cium ubun-ubun anak itu, merapihkan rambutnya yang terkena
hujan.
“Ada
apa sayang, gimana hasilnya? Kakak udah gak sabar pengen tau hasilnya”.
“Alhamdulillah,
kak. Aku lolos dan aku dapet beasiswa penuh selama kuliah, jadi kakak gak perlu
bingung lagi buat kuliahin aku.” ia memelukku.
Aku
memeluknya lagi. Menciumnya lagi. Menggoyangkan tubuhnya ke kanan ke kiri. Aku
tersenyum. Sungguh bahagia. “Rabbi, nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan.”
Ucapku dalam hati. “Alhamdulillah sayang, kakak seneng banget dengernya, ya
Allah, kakak gak tau mau bilang apa. Kamu hebat. Kamu keren, sayang.” Lebih
dari sepuluh menit aku memelukya, mengajaknya loncat-loncatan, mengekspresikan
kebahagiaan yang kami terima barusan.
“Kak, aku mau bilang makasih sama kakak, kakak udah sabar ngurusin aku sampe aku
bisa kayak gini. Kakak gak pernah ngerasa lelah buat semangatin aku, buat
ngurusin aku, buat aku terus berusaha ngejar cita-cita aku. Kalo kata kakak aku hebat, kakak jauh lebih
hebat. Kakak bisa urus diri kakak sendiri, adik-adik kakak juga panti
ini. “ Gadis itu kemudian menangis di bahuku. Aku memintanya berhenti, lalu
mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah.
“Dania,
kakak ke kamar dulu ya, kakak mau liat buku-buku yang mau dibawa ke Borneo
nanti. Besok pagi harus sudah dikirim ke Bang Pilar. Bang Pilar sangat butuh buku-bukunya, jado kakak musti cepet-cepet kirim. Oh ya, kamu jangan lupa makan, ajak adik-adikmu, mereka dari tadi gak mau makan karena nungguin
kamu, jangan lupa bersih diri dulu.”
“Buku yang kemarin kita kemasin itu kak? Kakak gak bilang kalo itu mau dikasih ke abang dan abang lagi butuh, tau gitu kan aku bisa kemasin cepet-cepet. Eh iya kakak gak sekalian makan?".
“Kakak akan susul nanti setelah mastiin kalo buku yang mau dikirim sudah siap, lagian kamu juga harus mandi dulu kan?"
"Yasudah aku mandi ya kak".
"Yasudah aku mandi ya kak".
Aku memasuki kamar dengan perasaan
yang tenang, tak lagi ada cemas menunggu
hasil Dania. Aku berwudhu lagi. Kugelar sajadahku, lalu ke bersujud syukur. Pundakku sedikit lebih banyak ringan, setidaknya aku tahu, untuk beberapa saat ini, otakku tak perlu
bekerja keras memikirkan darimana lagi aku bisa mendapatkan uang untuk bayar
sekolah adik-adikku ini. Aku jadi teringat tentang Pilar, juga tentang Ibu Rima. Andai
Ibu masih disini pasti ia sangat bangga dengan anak-anak asuhnya. Pun begitu
dengan Pilar, ia pasti juga senang mendengar Dania diterima jadi mahasiswa dan
dapat beasiswa. Ah Pilar, sudah lama rasanya aku tak mengabarimu tentang panti
ini.
***
Tangerang, Juni 2013
Assalammualaikum, Pilar. Bagaimana
kabarmu? Usahamu bagaimana? Oh ia aku hampir aja lupa menanyakan bagaimana kabar Borneomu juga sekolah gratismu disana? Bagaimana
dengan keadaan mereka? Semoga keadaan disana sesuai dengan keadaan panti
disini, Pilar.
Pilar, aku ingin memberitahumu
tentang Dania. Gadis kecil yang kamu temui tujuh tahun yang lalu di halte bis
malam itu sekarang telah menjadi mahasiswi. Hari ini pengumuman kelulusannya.
Ia diterima sebagai mahasiswi hukum di universitas yang dia mau. Selain itu ia juga mendapat beasiswa penuh
sampai ia lulus. Kamu pasti sangat senang kalau melihatnya secara langsung
Pilar.
Aku tak tahu harus berkata apa, harus bagaimana lagi mengucapkan syukurku. Anak-anak panti dan panti ini sekarang benar-benar mandiri. Keadaan sudah jauh berbeda lepas kamu pergi ke Borneo setelah setahun sebelumnya ibu juga pergi ninggalin kita. Sudah enam tahun kami berdiri tanpa orang-orang yang memang sangat kami sayangi. Usaha panti ini juga sudah maju. Aku tak pernah lupa bagaimana dulu terpuruknya aku, saat semua orang yang kubutuhkan pergi. Aku hampir frustasi memikirkan bagaimana meneruskan panti ini.
Oh iya, Pilar kau harus tau, ini
sengaja aku tidak ceritakan padamu lewat telepon, karena aku memang sengaja
memberitahumu tentang usaha yang baru kami jalani dan tentang Dania lewat surat
ini .
Seminggu yang lalu kami baru saja membuka kafe buku. Kamu pasti sudah tau bagaimana
konsep dari kafe ini. Konsepnya tak jauh dari yang pernah aku ceritakan padamu
tempo lalu, hijau juga klasik. Letak kafe sebelah panti, tapi tidak satu gedung
dengan panti walau ada pagar tembus untuk masuk ke panti. Tempat ini tadinya
ruko, lalu aku beli rukonya, alhamdulillahnya pemilik memberi kami diskon setengah dari harga lepas tau kalau ini yang beli adalag panti.
Aku mau sedikit bercerita tentang kafe ini. Nama dari kafe ini adalah KaBuMi singkatan dari Kafe Buku Kami. Kalo kamu mau masuk ke kafe ini, di bagian pintu gerbang, kamu akan disuguhkan pohon merambat yang pernah kita rawat dulu. Aku sengaja tak membuat pagarnya dari besi tapi kubuat pagarnya dari bambu, karena dalam halusinasiku aku ingin sejak awal dati mulai masuk sudah keliatan suasana hijaunya.
Setelah masuk, kamu akan temukan beberapa pohon ceri. Bagian depan atau halaman ini sengaja aku isi dengan beberapa meja dan bangku khusus untuk tempat merokok. Di tempat ini, kamu gak akan temui tempat teduh dari payung-payungan, karena meja-meja untuk tamu sengaja kubuat nempel ke dinding pohon ceri.
Nah tadi seputar halaman, untuk konsep bangunan aku tak menghilangkan rasa cintaku pada suasana klasik. Bangku dan meja sengaja kupilihkan dari bahan kayu jati. Uang tabungan yang dulu pernah kuceritakan padamu untuk beli benda-benda kayu sekarang sudah raib untuk beli bangku meja jati ini, hehehe. Saat kamu mulai masuk ruangan, di pojok sebelah kiri dan kanan akan kamu temui masing-masing dua buah sound system. Bangku dan meja kutata sedemikian rupa. Dan saat kamu liat kedepan disana ada sebuah panggung mini. Rencananya KaBuMi ini juga ingin jadi basecamp dari komunitas-komunitas. Sesuai namanya sejauh mata memandang kamu akan temui lemari koleksi buku-buku dari panti dan tak lupa pernak-pernik vespa dan barang-barang tuaku, ku taruh disini juga. Dapur terletak di belakang sebelag kanan panggung mini.
Oh ya, selain nyediain kafe, kami juga nyediain perpus juga. Kebetulan buku-buku di perpus panti sudah tak muat lagi, jadi sengaja kubuat perpus mini di lantai dua juga mushala.
Oh iya, kemarin katamu kamu juga sedang usaha bikin kopi bubuk tradisional juga kan? Bolehlah jadi vendor kita, hehehe.
Aku mau sedikit bercerita tentang kafe ini. Nama dari kafe ini adalah KaBuMi singkatan dari Kafe Buku Kami. Kalo kamu mau masuk ke kafe ini, di bagian pintu gerbang, kamu akan disuguhkan pohon merambat yang pernah kita rawat dulu. Aku sengaja tak membuat pagarnya dari besi tapi kubuat pagarnya dari bambu, karena dalam halusinasiku aku ingin sejak awal dati mulai masuk sudah keliatan suasana hijaunya.
Setelah masuk, kamu akan temukan beberapa pohon ceri. Bagian depan atau halaman ini sengaja aku isi dengan beberapa meja dan bangku khusus untuk tempat merokok. Di tempat ini, kamu gak akan temui tempat teduh dari payung-payungan, karena meja-meja untuk tamu sengaja kubuat nempel ke dinding pohon ceri.
Nah tadi seputar halaman, untuk konsep bangunan aku tak menghilangkan rasa cintaku pada suasana klasik. Bangku dan meja sengaja kupilihkan dari bahan kayu jati. Uang tabungan yang dulu pernah kuceritakan padamu untuk beli benda-benda kayu sekarang sudah raib untuk beli bangku meja jati ini, hehehe. Saat kamu mulai masuk ruangan, di pojok sebelah kiri dan kanan akan kamu temui masing-masing dua buah sound system. Bangku dan meja kutata sedemikian rupa. Dan saat kamu liat kedepan disana ada sebuah panggung mini. Rencananya KaBuMi ini juga ingin jadi basecamp dari komunitas-komunitas. Sesuai namanya sejauh mata memandang kamu akan temui lemari koleksi buku-buku dari panti dan tak lupa pernak-pernik vespa dan barang-barang tuaku, ku taruh disini juga. Dapur terletak di belakang sebelag kanan panggung mini.
Oh ya, selain nyediain kafe, kami juga nyediain perpus juga. Kebetulan buku-buku di perpus panti sudah tak muat lagi, jadi sengaja kubuat perpus mini di lantai dua juga mushala.
Oh iya, kemarin katamu kamu juga sedang usaha bikin kopi bubuk tradisional juga kan? Bolehlah jadi vendor kita, hehehe.
Oh iya, surat ini kukirimkan
bersama buku-buku yang kamu minta tempo hari. Semoga bisa bermanfaat untuk sekolah
gratismu.
Pilar, satu hal lagi yang ingin aku
beri tahu padamu. Aku sudah menepati janjiku untuk tak akan lagi mudah putus asa.
Aku akan terus berusaha melawan tantanganmu “BE A STRONG WOMAN”.
Sekiranya sekian dulu suratku kali ini. Foto-foto tentang panti juga kukirimkan, semoga anak-anak disini bisa jadi inspirasimu disana.
Sekiranya sekian dulu suratku kali ini. Foto-foto tentang panti juga kukirimkan, semoga anak-anak disini bisa jadi inspirasimu disana.
Wassalam,
Poppy^^
***
“Kamu
yakin akan ninggalin aku dan anak-anak, Pilar? Kamu kan udah janji gak akan ninggalin aku dan
panti ini dengan alasan apapun kan? Pilar, tolonglah, anak-anak masih butuh
kamu, aku masih sangat butuh kamu untuk urus panti ini. Mereka baru saja kehilangan ibu mereka setahun yang lalu dan sekarang kamu malah mau pergi gitu aja?".
“Aku minta maaf, Pop, aku terpaksa. Ibuku sakit. Kemarin aku ditelepon dan ia ingin aku tinggal disana. Untuk urusan panti, aku yakin kamu bisa ngejalaninya dengan sekuat-kuatnya kamu. Aku yakin dan sangat yakin kamu bisa bertahan lewat mimpi-mimpi kamu tentang panti ini."
"Tapi aku mana bisa bekerja sendiri untuk urus semua hal tentang panti ini, Pilar".
"Pop, apa kamu tidak ingat bagaimana dulu ibu jatuh bangun bikin panti ini? Ia pernah hampir ingin bunuh diri karena gak sanggup lagi urusin anak-anak asuhnya, tapi nyatanya ibu bisa bangkit sampai akhirnya seperti ini. Kamu penghuni pertama panti ini. Kamu pulalah anak kesayangan dari ibu. Aku yakin kamu mewarisi semangatnya. Jadilah kupu-kupu yang cantik buat aku, Pop. Kupu-kupu yang dahulunya sangat mencintai proses bagaimana ia bisa menjadi kupu-kupu. Janjilan untuk jadi perempuan yang kuat. Kita akan sama-sama.berjuang untuk cita-cita kita. Aku disana sama Borneo, kamu disini sama panti kecilmu."
"Tapi aku mana bisa bekerja sendiri untuk urus semua hal tentang panti ini, Pilar".
"Pop, apa kamu tidak ingat bagaimana dulu ibu jatuh bangun bikin panti ini? Ia pernah hampir ingin bunuh diri karena gak sanggup lagi urusin anak-anak asuhnya, tapi nyatanya ibu bisa bangkit sampai akhirnya seperti ini. Kamu penghuni pertama panti ini. Kamu pulalah anak kesayangan dari ibu. Aku yakin kamu mewarisi semangatnya. Jadilah kupu-kupu yang cantik buat aku, Pop. Kupu-kupu yang dahulunya sangat mencintai proses bagaimana ia bisa menjadi kupu-kupu. Janjilan untuk jadi perempuan yang kuat. Kita akan sama-sama.berjuang untuk cita-cita kita. Aku disana sama Borneo, kamu disini sama panti kecilmu."
Comments
Post a Comment