Tuesday, September 16, 2014

Festival Bedug



Ini bukan soal "sesuatu" yang terbakar, bukan rumah, bukan kebun, atau mobil yang meledak. Ini juga bukan asap hasil dari kerusuhan antar warga kampung. Tapi ini adalah hasil dari Festival Bedug/Lomba Bedug antar kampung.

Awalnya saya mengira Festival Bedug/Lomba Bedug itu menggunakan beberapa tabuh sebagai alatnya. Lalu dimainkan beberapa orang dengan menggunakan stiknya atau alat pemukulnya. Ternyata Festival Bedung/Lomba Bedug ini adalah "lomba" banyak-banyakan, besar-besaran dan nyaring-nyaring dari suara petasan. Festival ini diadakan setahun sekali dan biasanya dilakukan pada bulan syawal. Setahun yang lalu pernah diajak ayah untuk ikut lihat Festival/Lomba Bedug ini di daerah Perigi Lama. Tapi berhubung saya mikirnya hanyalah bedug yang biasa dipakai di masjid untuk penanda adzan, jadi saya gak mau nonton.

Tapi setelah tau ternyata itu adalah sebuah petasan, makanya hari ini saya ikut ayah untuk melihat. Festival yang saya lihat hari ini adalah "pertarungan" dari wilayah Perigi Baru dengan Lengkong Karya. Dan kalian tahu, inilah pentingnya masih memiliki area persawahan yang luas ditengah-tengah kota. Perigi Baru dan Lengkong Karya ini dipisahkan oleh sawah, kebun dan tanah lapang yang masih sangat luas. Tempat ini pula yang biasa saya gunakan untuk memuji senja, muehehe. Saya tidak tahu persis bagaimana lokasi dari Lengkong Karya itu sendiri, karena sayapun berada di wilayah Perigi Baru.

Penonton dan peserta dari Wilayah Perigi Baru ini berada di tempat yang tinggi, jadi kita bisa lihat Lengkong Karya yang datarannya lebih rendah dari Perigi Baru. Tempatnya masih banyak terdapat pohon bambu. Dan antara kedua wilayah ini dipisahkan dengan berdirinya bendera merah putih yang tempatnya berada di bawah tempat saya melihat.

Petasan yang digunakan para peserta festival ini mereka buat sendiri. Bentuknya bermacam-macam, mulai dari kotak, persegi panjang, bahkan ada yang berbentuk pesawat. Untuk warna rata-rata cokelat, karena hanya dilapisi lak ban cokelat. Tapi tak menutup kemungkinan ada warna lain, seperti petasan yang berbentuk pesawat yang berwarnah hijau.

Selain petasan yang ditampilkan, festival ini juga menampilkan kebudayaan betawi lainnya, salah satunya adalah Silat Betawi Cingkrik asal Rawa Belong. Tak hanya itu, festival ini juga diisi dengan banyak pedagang, mulai dari jual kerak telor yang jadi ciri khas masakan betawi sampai ke komedi putar, bahkan ada yang jual petai juga, hihihi :))

Awal sampai di tempat area petasan itu dinyalakan, saya kebagian tempat yang paling belakang. Dan inilah kisah sedih gadis kuntet sperti saya :( keliatan namun hanya sedikit.

Ini menarik buat saya, entah mengapa saya selalu takjub jikalau liat petasan itu diledakkan, muehehe. Oh iya "ibroh" dari Festival/Lomba Bedug ini adalah pentingnya kerjasama, disiplin karena harus tunduk pada "perintah" panitia. Karena sistem yang digunakan untuk meledakkan petasan ini adalah "tergantung" panitianya. Setiap peserta yang mau menyalakan petasan harus sesuai instruksi panitia. Si peserta harus menunggu instruksi "pasang" dari panitia kalau mereka mau masang petasan. Kenapa? Karena setelah petasan diledakkan akan mengeluarkan api yang bisa membakar umbul-umbul atau daun-daun yang didekatnya. Oleh karena itu pada Festival/Lomba Bedug ini, panitia wajib menyediakan "panitia pembawa air" yang nantinya akan mematikan api dari hasil ledakan petasan tersebut. Setelah panitia menghilangkan percikan api, barulah panitia menginstruksikan "pasang". :))

Petasan yang membuat saya takjub hari ini adalah petasan yang bentuknya seperti pesawat, karena hasil dari ledakannya menimbulkan suara yang besar dan api yang besar pula. :)). Festival ini ditutup sementara pada pukul 17.00 dengan ditandai penyabutan bendera merah-putih oleh kedua kelompok, mereka saling berdamai, saling melambaikan tangan ke arah penonton, lalu festival dilanjutkan setelah maghrib. Namun sangat-sangat disayangkan karena saya tidak bisa.melihat yang bagian malamnya T_T padahal lebih seru malam kayaknya. Sempat tadi liat,entah petasan atau bukan,  ada yang bentuknya apolo panjangnya 2-3 meter. Nah kalau saja itu diledakkan pasti keren kan :(


Festival ini sebenernya sangat berbahaya, karena bahan yang digunakan adalah bahan peledak, muehehe. Tapi saya suka saya suka :). Sayangnya saya belum bisa cari info apa-apa tentang festival ini. Harapannya, semoga saya biaa mengulik info festival ini lebih jauh.

No comments:

Post a Comment