Saturday, September 20, 2014

Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Menangis ~ Paulo Coelho



Na Margem Do Rio Piedra Eu Sentei E Chorei
By The River Piedra I Sat Down and Wept
Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Menangis

Pengarang: Paulo Coelho
Alih Bahasa: Rosi L. Simamora
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan ketujuh, 224 hlm
ISBN: 978-979-22-8521-5

"Aku akan duduk bersamamu di tepi sungai ini. Jika kau pulang untuk tidur, aku akan tidur di luar rumahmu. Jika kau pergi, aku akan mengikutimu-sampai kau mengusirku pergi. Maka barulah aku pergi. Tapi aku harus mencintaimu sepanjang hidupku." (Hal. 219)

Bagaimana rasanya bertemu kembali dengan orang yang kita cintai setelah sebelas tahun berpisah?

Pilar. Begitulah tokoh perempuan di dalam cerita ini. Ia memiliki teman masa kecilnya yang tak disebutkan namanya di buku ini. Lelaki itu pergi neninggalkan Soria, tempat mereka tinggal. Lelaki itu seperti kebanyakan orang muda yang pergi neninggalkan kota kecilnya untuk mengejar mimpinya di luar padang Soria. Tahun-tahun berlalu tanpa kabar darinya

Setelah menamatkan sekolah, Pilar pindah ke Zaragoza. Surat dari teman masa kecilnya itu kini lebih sering datang. Suratnya menceritakan keinginan si lelaki itu untuk masuk seminari dan mendedikasikan seluruh hidupnya untuk berdoa. Suatu hari teman lelakinya itu mengabarkan bahwa ia akan memberikan sebuah kuliah di Madrid dan meminta Pilar datang untuk menemuinya.

:) Mulai dari pertemuan-pertemuan inilah kisah cinta mereka yang dahulu dimulai lagi. Pilar yang sudah tak meyakini keimanannya, imannya kembali hadir setelah selama liburan itu ia melakukan perjalanan bersama teman kecilnya itu beberapa hari. Mulai dari mengunjungi seminarnya, datang ke gereja dan melakukan  ritual-ritual lainnya. Puncak konflik terjadi pada saat Pilar ingin kembali ke Zaragoza. Ia tak ingin merusak mimpi teman kecilnya itu hanya karena cinta. Selama melakukan perjalanan bersama, teman kecilnya itu telah meyakinkan berkali-berkali bahwa ia sangat mencintai Pilar bahkan sejak kecil. Pada saat Pilar juga yakin bahwa ia juga mencintai teman kecilnya itu, namun ia mulai ragu ketika melihat teman kecilnya itu sedang melakukan sebuah pilihan. Lalu mereka berdua pergi ke Sungai Piedra, tempat mereka masa kecil dulu. Dengan si teman kecilnya meyakinkan kembali ke Pilar bahwa untuk mewujudkan mimpinya bisa melalui cintanya kepada Pilar.

Kelebihan: Tak ingin berkomentar banyak tentang Paulo. Paulo kalau bercerita selalu mengasyikkan, betah untuk berlama-lama menghabiskan ceritanya. Alurnya asik, konfliknya dapet. Pemilihan katanya kece.  :))

Kelemahan: sejauh ini tak ada :))

4.9999999 bintang buat opaaa :33

Catatan: Jangan baca buku ini kalo hatinya lagi anu, kalo gak mau hatinya jadi nganu parah :))

 Ini beberapa kutipan yang saya suka dari buku ini

 "Semoga air mataku mengalir sejauh-jauhnya, agar kekasihku tak pernah tau bahwa suatu hari aku pernah menangis untuknya."  Hal 14

"Hiduplah, mengenang hanya untuk orang-orang tua", ia berkata. Hal 14

"Alam semesta selalu membantu kita memperjuangkan mimpi-mimpi kita, tak peduli betapa konyolnya mimpi-mimpi itu. Mimpi kita adalah milik kita sendiri, hanya kita yang tahu apa yang dibutuhkan untuk membuatnya terus hidup". Hal 73 

"Ada beberapa hal dalam hidup ini yang layak diperjuangkan hingga titik terakhir. .Dan kaulah salah satunya." Hal 62

"Tak ada rahasia-rahasia yang bisa diceritakan. Jalan hidupku selalu di sana dan aku melakukan segalanya untuk menjalaninya dengan cara terhormat". 
"Apa jalan hidupmu itu?"
"Jalan seseorang yang mencari cinta." Hal 78

"Ribuan kali ingin rasanya aku meraih tangannya, dan ribuan kali pula aku menahan diriku. Aku masih bingung-aku ingin mengatakan aku mencintainya, tapi tak tau harus mulai dari mana".

"Cinta tak pernah datang sedikit demi sedikit. Kemarin meski tanpa kehadiran cinta, dunia tampak masuk akal. Tapi kini kami membutuhkan satu sama lain agar dapat melihat cahaya sejati dari segala sesuatu." Hal 102   

"Jika kepedihan harus datang, biarlah ia datang dengan cepat. Karna aku memiliki kehidupan, dan aku harus menjalaninya dengan sebaik-baiknya. Kalau ia harus membuat pilihan, biarlah ia melakukan sekarang. Dengan begitu aku bisa menunggu atau melupakan dirinya. 
Menunggu sangatlah menyakitkan. Melupakan amatlah menyakitkan. Namun tidak mengetahui apa yang harus dilakukan adalah penderitaan yang paling menyakitkan." Hal  121 - 122

"Cinta tidak banyak bertanya, karena kalau berhenti sejenak untuk bepikir, kita menjadi takut. Ini jenis takut yang tak dapat dijelaskan; bahkan sulit digambarkan. Mungkin takut dicemooh, takut tidak diterima, takut merasa daya magisnya. Memang konyol, tapi begitulah yang terjadi. Itu sebabnya kita tidak perlu bertanya-melainkan bertindak". Hal 137

"Aku mempelajarinya di seminari. Semakin dekat kita kepada Tuhan lewat iman kita, maka semakin sederhana pula Tuhan itu. Semakin sederhana Tuhan, maka semakin besar keberadaan-Nya. " Hal 180

"Aku akan duduk bersamamu di tepi sungai ini. Jika kau pulang untuk tidur, aku akan tidur di luar rumahmu. Jika kau pergi, aku akan mengikutimu-sampai kau mengusirku pergi. Maka barulah aku pergi. Tapi aku harus mencintaimu sepanjang hidupku." Hal 219






No comments:

Post a Comment