Friday, May 9, 2014

#Jumatulis8 Manis, Cookies, Cupcake, Lollipop, Ice Cream -Semanis Mimpi, Semanis Ujian

Februari 2008

Dengan menggunakan kaos lengan pendek dan celana jeans abu-abu, aku membuka kedai kecil yang baru saja kurilis. Berhenti bekerja sebagai seorang akuntan, dan kini aku mencoba mengadu nasibku melalui kedai ini. Usahaku ini tak jauh-jauh dari hobiku yang suka dengan makanan yang manis. Ya, isi dari kedaiku ini bukanlah restoran yang menyediakan makanan berat, bukan nasi, bukan soto, bukan empal gentong, bukan pula restoran yang selalu menyediakan sayur asam yang panas dengan nasi yang masih hangat dan dikelilingi ikan asin serta sambal terasi. Tapi isi kedaiku ini lebih kepada makanan camilan yang terdiri dari jenis cookies, cupcakes, lollipop serta ice cream.

Selain karena hobiku yang suka dengan makanan manis, ada maksud lain kenapa aku menjual makanan manis, ya aku hanya berharap agar segala urusanku, termasuk usaha, keluarga, pertemanan dan termasuk urusan jodoh agar selalu berjalan manis, seperti makanan-makanan yang ku jual di kedai.

Juli 2011
Sina, aku mengenalnya saat pembukaan kedai pertama kali lewat seorang teman dan kamipun menjadi sangat dekat sejak saat itu dan tak lama kemudian aku menaruh rasa padanya, aku berniat untuk menikahinya. Sejak awal pertemuannya, ibu tidak setuju. Aku selalu membatah perkataan ibu jika ia sedang menasihatiku agar berhati-hati dengan Sina. Namun apa yang dikatakan ibu benar adanya. Aku masih ingat benar bagaimana ia bisa berselingkuh dengan ayah, bagaimana ia bisa menghabiskan uang hasil jerih payahku dan membuat kedaiku berhutang sana-sini sampai akhirnya harus tutup.

Dari sinilah kutemui semua kekacauanku. Semua yang kuharapkan saat aku membuka kedai kecil itu tak berjalan. Keluargaku terpecah belah, usahaku bangkrut karena harus membayar hutang sana-sini, jodoh? Ah itu semua gara-gara perempuan sialan itu. Dia telah membuatku hampir masuk bui karena tak sanggup membayar hutang, dia pula yang hampir membuatku jadi daftar pasien di Rumah Sakit Sumber Waras, bahkan dia pula yang hampir membuatku masuk neraka karena hampir gantung diri.

Namun selama aku dilanda keterpurukan, ibu tak pernah meninggalkanku sedikitpun, padahal dahulu aku sempat mengusirnya karena selalu menyuruhku untuk berhati-hati dengan Sina.

Sabarlah sayang, kita sedang berada pada titik terlemah kita, maka dari itu ujian datang pada kita dan Allah ingin kita berubah. Allah hanya ingin lihat seberapa mampu kita bisa bertahan, suatu saat Allah akan memberikan pertolongan pada kita. Jika sampai saat ibu mengecup keningmu malam ini dan Allah belum kasih kita pertolongan, tandanya kita berdua masih bisa melewati itu semua. Masalah kita memang besar, tapi percayalah pertolongan Allah lebih besar.” Ah ibu, selalu kau ucapkan kata-kata itu sebelum aku tertidur, darimulah kini aku kembali pada kewarasanku.

Bukit Hijau, May, 2013

Bersama wanita yang sejak dulu kukagumi sifatnya, aku menghirup udara bebas yang sudah dua tahun ini membelenggu. Pada detik ini, aku menyaksikan kembali bahwa aku masih pantas untuk berdiri di bukit ini, merasakan bagaimana angin menyentuh tubuhku secara halus, mendengarkan bagaimana acak-acakannya suara burung yang kembali kesangkarnya. Padu padan suara dari beberapa burung itu menggantikan nada-nada dari radio bututku.

Ibu sungguh bahagia melihat putra ibu telah kembali.” Suara yang tiba-tiba hadir terdengar ditelingaku serta tangan yang sangat lembut usapannya menyentuh kepalaku mengagetkanku, “ibuu, sejak kapan ada dibelakangku?”. Tanyaku pada wanita paruh baya itu.

Hanya orang-orang yang beriman yang yakin pada Tuhannya, bahwa Tuhannya tak akan meninggalkan hamba-Nya dalam keadaan terendah sekalipun. *Seperti apapun kesulitan itu pasti akan diganti dengan kemudahan. Sebab jika tidak, hal itu akan mengurangi nilai kekuasaan Yang Mahakuasa, bertentangan dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Yang Mahakuasa, dan berlawanan dengan kehendak Yang Maha Mengetahui*.” Suaranya kembali mendamaikan kejiwaanku lagi. Kasih sayangnya yang tersampaikan melalui kecupannya pada keningku membuatku merasa jauh lebih nyaman dibanding kecupan wanita sialan yang kutemui beberapa watu silam. Ya perempuan sialan itu telah menghancurkan segalanya.

Ayah, aku dan ibu masih mendoakan ayah agar ayah bisa segera keluar dari tipu perempuan itu. Mimpiku Manis, tapi ujianku jauh lebih manis.”


*Diambil dari buku “Ya Allah, Kenapa Aku Diuji” karangan Ibnu Qayyim al-Jauziyah hal 41

2 comments:

  1. Kok cuma perempuannya yang sialan, yang laki-lakinya juga dong (ayahnya) ^^

    ReplyDelete
  2. Hahahhaha, eh iya ya ayahnya harusnya juga ya -__-

    ReplyDelete