Wednesday, February 26, 2014

Pagi Kelabu Dikotaku

Ku sambut pagiku dengan keadaan tubuh yang tergesa-gesa
Hari ini, aku telat terjaga dari bunga tidurku
Ah, ternyata rintik air yang turun membuat keadaan lebih menyenangkan berada di tempat pembaringan daripada menjalani rutinitas biasa
Langit masih kelabu saat ku beranjakan kakiku melangkah keluar
Udara dingin masuk hingga ke tulang

Hay Jakarta, pagi ini kembali aku ke kotamu
Kota yang besar
Kota yang selalu riuh dengan robot-robot yang berjalan
Robot yang membuat kotamu terasa sempit
Hari ini, aku belajar lagi sebuah rasa syukur dari seorang laki paruh baya di kotamu
Lelaki yang selalu membawa teman setianya
Sapu lidi dan pula pengkinya

Matahari masih saja enggan memunculkan dirinya
Pagi ini, langit masih saja kelabu
Masih dalam keadaan rindu akan sinarnya
Tapi dibalik kelabunya, tak menyurutkan semangat si lelaki paruh baya
Lelaki yang menyapaku dengan senyumnya

Pagi masih kelabu, masih setia dengan rinai hujan yang membasahi kotaku
Tapi aku seperti melihat matahari
Sebab semangatmu, sebab senyummu, juga pakaian yang kau kenakan
Menjadikan sebuah titik yang mewarnai pagi ini
Aku malu pada keterangan ku sendiri
Malu karena aku masih saja menangisi pekerjaanku
Menangisi selamanya perjalananku

Hay lelaki paruh baya, kamu tau pagi ini dalam keadaan rinai hujan
Namun kamu masih saja setia dengan kedua temanmu, sapu lidi dan pengkinya
Masih dalam keadaan senyum, kamu menyapaku
Masih dalam keadaan senyum pula kamu membuat kotaku pagi ini lebih indah
Daun-daun yang gugur dan sampah-sampah pun kamu singkirikan

Hay, lelaki paru baya, hari ini kembali aku belajar bersyukur
Berterimakasih pada Tuhanku, yang memberikan aku seuntai nyawa untuk menikmati pagi, menikmati rintik hujan, juga menikmati senyummu

Hay lelaki paruh baya, terimakasih karena telah mengajarkanku arti bersyukur ^^

Jakarta, 26 Februari 2014

No comments:

Post a Comment