Review Kumcer Seekor Bebek yang Mati di Pinggir Kali - Puthut EA
Judul
:
Seekor Bebek yang Mati di Pinggir Kali (Kumpulan Cerita Pendek)
Penulis : Puthut EA
Penerbit : INSISTPress
ISBN : 978-602-8384-20-9
Cetakan : Cetakan Pertama, Maret 2009
Ini
adalah buku kedua dari Puthut EA yang saya punya setelah sebelumnya Cinta Tak
Pernah Tepat Waktu. Buku ini terdiri dari lima belas kumpulan cerita pendek
karya Puthut EA. Buku ini sangat berbeda ceritanya dari buku yang sebelumnya
telah saya punya. Buku ini menurut saya lebih banyak ke sifat sosialnya. Saya
tak akan menjelaskan satu per satu tentang kelima belas cerpen ini, karena
takut spoiler J. Jadi saya akan menceritakan beberapa cerpen yang
sangat saya suka, cerpen yang menyebalkan karena php dan yang saya tidak suka
karena saya tidak nyambung dengan cerita didalamnya J. Berikut kelima belas cerpennya :
11. Seekor Bebek yang Mati di Pinggir
Kali
22. Kawan Kecil
33. Obrolan sederhana
44. Rahasia Telinga Seorang Sastrawan
Besar
55. Doa yang menakutkan
66. Di
Sini Dingin Sekali
77. Sambal Keluarga
88. Dongen Gelap
99. Anak-Anak yang Terampas
110. Retakan Kisah
111. Koh Su
112. Ibu Tahu Rahasiaku’
113. Rumah Kosong
114. Bunga Pepaya
115. Berburu Beruang
Dari kelima belas cerpennya Puthut
EA, yang paling saya suka adalah cerpen Retakan Kisah. Kenapa? Karena didalam
cerita ini, emosi saya terpancing. Cerpen ini mengisahkan tentang tiga orang
anak muda yang sedang mewancarai seorang wanita yang semasa mudanya pernah mengalami
kekerasan yang amat menyedihkan dari tentara-tentara. Bukan hanya saja fisik
yang disiksa, tapi wanita ini juga mendapatkan kekerasan seksual yang menurut
saya itu menyeramkan. Dalam cerita ini dijelaskan bagaimana si wanita ini
mengalami kekerasan seksual, meskipun hanya beberapa kejadian kekerasan seksual,
namun ceritanya cukup membuat saya ‘ngeri’membacanya. Selain Retakan Kisah, ada
juga cerpen yang saya suka, judulnya Doa yang Menakutkan. Dalam cerita ini
menceritakan seorang anak yang sangat takut dan trauma karena ia menyaksikan
bagaimana perang antar umat beragama itu terjadi.
Memburu Beruang adalah cerpen
terakhir dari buku ini. Nah inilah cerpen yang saya menyebalkan buat saya,
karena akhir ceritanya seperti diPHP. Dari awal cerita, saya sudah larut dan
serius membaca ceritanya dan sempat berpikir “emang beruang boleh diburu?”. Namun pada saat akhir cerita, beruang
itu ternyata hanya. . . pohon pisang J
Dan cerpen yang tidak nyambung buat
saya adalah yang Rahasia Telinga Seorang Sastrawan. Cerita ini menjelaskan
tentang seorang sastrawan besar yang jika sedang diwawancarai, ia selalu bilang
“maaf, aku tidak bisa mendengar suaramu
dengan baik. Berkatalah yang keras! Telingaku pernah dipopor tentara.”
Kelebihan: Puthut sangat pandai
dalam menyampaikan cerita-ceritanya, sehingga membuat saya betah berlama-lama
membaca buku ini.
Kekurangan: Lepas dari cerita yang
tidak saya mengerti, karena keasyikan saya tidak memperhatikan ada typo atau tidak dalam penulisannya.
inspiratif dan lucu mbak.. tentang puthut ea
ReplyDeleteTerimakasih telah mengulas buku terbitan INSISTPress. Rehal buku akan diarsip dan dilansir di: http://blog.insist.or.id/insistpress/?p=1282
ReplyDeleteBook link update: http://blog.insist.or.id/insistpress/id/arsip/1282
ReplyDelete