Friday, August 7, 2020

Tentang Gie, Aku, Kamu, dan Ruang Sempit Tanpa Udara.

 

Kau ingat? Dalam ruang sempit di tempat kita saling mengenal dan menjadi seorang budak, alih-alih mencari sebuah kertas diantara tumpukan kertas yang lain, dan entah mulai dari mana, pembicaraan itu bermula.

Tentang seorang pemuda yang sama-sama kita menjadikannya seorang "idola" karena kepribadiannya dan tulisan-tulisannya.

Lalu kita saling bersuara tentang sebuah bait, yang aku dan kamupun sama-sama menjadikannya puisi yang kita sukai. Kita menyukai kata-kata yang tertulis, saling menghapal.
Dan. . .
Kita terhenti pada satu titik.
Di satu bait terakhir yang kita menjadikannya bait paling kita suka di tulisannya.

. . .
Apakah kau akan masih berkata, kudengar derap jantungmu.
Kita begitu berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta.
. . .

Kita saling menoleh, tersenyum, lalu tertawa lepas.

. . . 

Hening, 
Lalu kita tersadar, sudah sekian waktu kita ada dalam ruang sempit itu.

Aku menemukannya.
Menemukan beberapa lembar kertas yang kamu cari.
Kamu mengambilnya, tersenyum, dan,
"Terimakasih" ucapmu.

 

Apakah kamu tau, sejak itu, aku menaruh kagum ku kepadamu seperti aku menaruh kagum pada Gie.

No comments:

Post a Comment